Ada tiga lumba-lumba sedang mengitari lautan pasifik, 2 jantan dan 1 betina. Tak tampak dari mereka untuk menguasai sang betina, tapi mereka mengeluarkan suara sebagai persahabatan. Berkali-kali mereka melompat keluar dan terus bergerak ke arah tengah laut. Tampaknya mereka juga bersenda gurau. Tak lama kemudian datang seekor lumba-lumba lain yang tersesat sampai ke arah mereka. Jenisnya pun berbeda dengan dengan ketiga lumba-lumba itu. Tau nggak, ketiga lumba-lumba itu menerima lumba-lumba asing itu dan berenang bersama. Karena suara yang dikeluarkan lumba-lumba asing itu berbeda, ia menggunakan bahasa tubuh sehingga ketiga lumba-lumba itu mengerti apa yang dimaksud. Tidak ada perselisihan juga meski ada yang di antara mereka. Hanya butuh beberapa menit saja, semua tampak akrab dan mereka berenang bersama di lautan pasifik.
Teeners, banyak perbedaan yang kita temui dengan orang lain. Ada yang ceria banget, tapi ada yang pendiam. Kalo nggak diajak ngomong ya nggak bakalan bersuara. Itulah keunikan yang dimiliki setiap orang. Tak menutup kemungkinan juga kalo kita bisa berteman dengan mereka meski berbeda dengan diri kita sendiri. Orang sering bilang, “Cari musuh itu gmpang, tapi cari sahabat itu sulit banget”. Persahabatn tak harus selalu dengan orang yang sama dengan kepribadian kita, tapi persahabatn bisa yerjalin dengan siapa saja selama itu tak merugikan kita (Ams 18:24). Meski berbeda warna kulit dan rambut, beda ekonomi atau berbeda apapun, kita bisa bersahabat. Apalagi kalo kita sebagai anak Tuhan bisa memancarkan kasih Kristus di tengah persahabatan kita, mahh... pasti luar biasa banget tuh! Biarkan sahabatmu melihat Kristus juga dalam hidupmu.
Sabtu, 04 Oktober 2014
Selasa, 30 September 2014
penampakan kemuliaan Tuhan
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Kata Petrus kepada Yesus, ”Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”
Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata, ”Berdirilah, jangan takut!” Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, ”Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”
Renungan
Dalam Injil hari ini kita dengar bagaimana Petrus, Yakobus, dan Yohanes mengalami peristiwa iman saat Yesus berubah rupa di depan mereka. Dan seketika itu juga Petrus menjawab, ”Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini…”
Hari ini kita merayakan Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya. Perayaan ini hendaknya tidak sekadar upacara, namun mengantar kita kepada iman akan Yesus, Allah Penyelamat, yang menebus segala dosa kita agar layak memandang kemuliaan-Nya juga kelak. Membawa dan mengantar kita kepada iman yang sama sebagaimana yang dialami oleh ketiga Rasul di Gunung Tabor.
Hari ini hati kita juga berbunga-bunga, seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Seperti para imam yang mendampingi Uskup dalam misa pontifikal, yang merasa bangga dan bahagia karena mendapat anugerah istimewa.
Doa: Yesus Tuhanku, semoga cahaya yang memancar dari tubuh-Mu di Gunung Tabor juga memenuhi hatiku dan seluruh Gereja, Tubuh Mistik-Mu di dunia. Amin.
Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata, ”Berdirilah, jangan takut!” Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, ”Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”
Renungan
Dalam Injil hari ini kita dengar bagaimana Petrus, Yakobus, dan Yohanes mengalami peristiwa iman saat Yesus berubah rupa di depan mereka. Dan seketika itu juga Petrus menjawab, ”Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini…”
Hari ini kita merayakan Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya. Perayaan ini hendaknya tidak sekadar upacara, namun mengantar kita kepada iman akan Yesus, Allah Penyelamat, yang menebus segala dosa kita agar layak memandang kemuliaan-Nya juga kelak. Membawa dan mengantar kita kepada iman yang sama sebagaimana yang dialami oleh ketiga Rasul di Gunung Tabor.
Hari ini hati kita juga berbunga-bunga, seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Seperti para imam yang mendampingi Uskup dalam misa pontifikal, yang merasa bangga dan bahagia karena mendapat anugerah istimewa.
Doa: Yesus Tuhanku, semoga cahaya yang memancar dari tubuh-Mu di Gunung Tabor juga memenuhi hatiku dan seluruh Gereja, Tubuh Mistik-Mu di dunia. Amin.
Senin, 29 September 2014
Amazing Grace
YOH 1:10-14: Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.�
YOH 3:16-18: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
LUK 2:10-14: Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk�seluruh bangsa:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.seluruh bangsa:�
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."�
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:�
Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.
YESAYA 9:5-6 (400 TAHUN SEBELUM YESUS LAHIR): Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.�
Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.
MIKHA 5:1-3 (350 TAHUN SEBELUM YESUS LAHIR): Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.�
Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.
Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi,
KELUARAN 6:1-3 (TUHAN BERFIRMAN KEPADA MUSA SEKITAR 1500 TAHUN SEBELUM YESUS LAHIR, BAHWA ALLAH AKAN MENAMPAKKAN DIRI SEBAGAI TUHAN PADA MANUSIA): Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN.�
Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.�
Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing,�
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.�
YOH 3:16-18: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
LUK 2:10-14: Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk�seluruh bangsa:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.seluruh bangsa:�
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."�
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:�
Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.
YESAYA 9:5-6 (400 TAHUN SEBELUM YESUS LAHIR): Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.�
Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.
MIKHA 5:1-3 (350 TAHUN SEBELUM YESUS LAHIR): Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.�
Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.
Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi,
KELUARAN 6:1-3 (TUHAN BERFIRMAN KEPADA MUSA SEKITAR 1500 TAHUN SEBELUM YESUS LAHIR, BAHWA ALLAH AKAN MENAMPAKKAN DIRI SEBAGAI TUHAN PADA MANUSIA): Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN.�
Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.�
Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing,�
Rabu, 24 September 2014
Bijak Melihat Kesempatan
Amsal 27:12 “kalau orang bijak melihat malapetaka,
bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu
kena celaka”
Dalam acar
persekutuan doa, seorang teman menceritakan pengalamannya tentang sebuah
kesempatan yang ternyata berujung petaka baginya. Dari sebuah iklan surat
kabar, ia menemukan sebuah peluang pekerjaan dengan hasil menggiurkan. “bayangkan,
hanya membersihkan semangkuk sarang wallet bisa menerima upah Rp 100.000,-“
katanya. Karena tergiur hasil yang besar, ia lalu mengambil kesempatan itu
dengan mendatangi alamat yang di maksud. Awalnya benar, ia diberi sarang wallet
berbentuk mangkuk untuk dikerjakan dirumah. Kurang dari setengah jam ia
menyelesaikan pekerjaannya. Dan ia pun langsung diberi upah 100 ribu rupiah. Menggiurkan
bukan? Lalu pemilik bisnis ini menawarinya untuk bisa mengerjakan sarang burung
wallet dengan jumlah yang lebih banyak asal mau membayar jaminan 2 setengah
juta rupiah. Tergiur upah jutaan rupiah dalam tempo singkat, ia tanpa piker panjang
langsung membayarnya. Apa yang terjadi kemudian? Di waktu yang di janjikan,
saat ia mendatangi alamat itu ternyata pemilik bisnis itu sudah pergi tak
berbekas. “ternyata, setiap kesempatan atau peluang yang nampaknya mendatangkan
keuntungan, tidak semuanya adalah kesempatan yang baik, melainkan dapat berisi
malapetaka.” Katanya dengan nada sedih.
Tentang
sebuah kesempatan, penulis Amsal mengingatkan agar kita bisa bersikap arif agar
tidak jatuh dalam malapetaka. Bagaimana caranya? Orang yang arif atau bijaksama
akan selalu berusaha mengenali situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya,
sehingga ia tahu mengambil keputusan. Orang bijak akan memilih kesempatan yang
baik, dan menolak kesesatan, meskipun kesesatan itu memberinya keuntungan. Tapi
“orang yang tak berpengalaman” lebih memilih keuntungan besar yang
ujung-ujungnya mendatangkan malapetaka. Modus kejahatan makin beragam. Mereka selalu
menyalut kejahatan dengan hal-hal yang menggiurkan tetapi ujung-ujungnya
malapetaka. Itu sebabnya, kita perlu bersikap arif terhadap kesempatan yang
menawarkan keuntungan besar. Dengan bersikap arif, kita dapat mengenali apakah
kesempatan itu memberi keutungan atau menyesatkan.
Selasa, 23 September 2014
menanti Tuhan
Baca: Yesaya 40:28-31
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;" Yesaya 40:31
Tuhan memiliki rancangan yang baik bagi umat-Nya yaitu rancangan damai sejahtera dan hari depan penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Karena itulah sudah seharusnya kehidupan orang Kristen dipenuhi oleh kemenangan dan keberhasilan, bukan terus berkutat dengan kegagalan dan keterpurukan.
Tak terbilang banyaknya orang Kristen yang masih saja 'berputar-putar di padang gurun, belum juga menikmati Kanaan.' Hari-hari mereka dipenuhi dengan sungut-sungut, kecewa dan putus asa. Akibatnya mereka tidak lagi bersemangat menjalani hidup ini dan akan mengalami kemunduran dalam pengiringannya kepada Tuhan. Namun kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang begitu peduli dan mengasihi kita. Terhadap anak-anaknya yang sedang lemah dan putus asa Tuhan tidak pernah berhenti untuk "...memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang Kristen yang kuat seperti burung rajawali. Mengapa Alkitab menggambarkan kehidupan orang Kristen yang kuat itu seumpama rajawali, bukan burung yang lain? Semua tak lepas dari karakteristik burung rajawali yang memiliki banyak kelebihan. Salah satunya adalah selalu terbang tinggi. Karakter inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya yaitu menyukai tempat tinggi, artinya mengutamakan perkara-perkara yang di atas, mengejar hadirat Tuhan, suka bersekutu dengan Tuhan. Inilah kunci hidup berkemenangan bagi orang Kristen! Paulus menasihati kita, "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:1-2). Kita tidak akan mampu bertahan di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, jika kita tidak bergaul karib dengan Tuhan.
Daniel tetap kuat dan tampil sebagai pemenang meski berada di tengah situasi yang sangat sulit, karena ia senantiasa bersekutu dengan Tuhan setiap hari, "...tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b).
Senantiasa bersekutu dengan Tuhan memberi kita kekuatan mengatasi badai hidup.
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;" Yesaya 40:31
Tuhan memiliki rancangan yang baik bagi umat-Nya yaitu rancangan damai sejahtera dan hari depan penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Karena itulah sudah seharusnya kehidupan orang Kristen dipenuhi oleh kemenangan dan keberhasilan, bukan terus berkutat dengan kegagalan dan keterpurukan.
Tak terbilang banyaknya orang Kristen yang masih saja 'berputar-putar di padang gurun, belum juga menikmati Kanaan.' Hari-hari mereka dipenuhi dengan sungut-sungut, kecewa dan putus asa. Akibatnya mereka tidak lagi bersemangat menjalani hidup ini dan akan mengalami kemunduran dalam pengiringannya kepada Tuhan. Namun kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang begitu peduli dan mengasihi kita. Terhadap anak-anaknya yang sedang lemah dan putus asa Tuhan tidak pernah berhenti untuk "...memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang Kristen yang kuat seperti burung rajawali. Mengapa Alkitab menggambarkan kehidupan orang Kristen yang kuat itu seumpama rajawali, bukan burung yang lain? Semua tak lepas dari karakteristik burung rajawali yang memiliki banyak kelebihan. Salah satunya adalah selalu terbang tinggi. Karakter inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya yaitu menyukai tempat tinggi, artinya mengutamakan perkara-perkara yang di atas, mengejar hadirat Tuhan, suka bersekutu dengan Tuhan. Inilah kunci hidup berkemenangan bagi orang Kristen! Paulus menasihati kita, "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:1-2). Kita tidak akan mampu bertahan di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, jika kita tidak bergaul karib dengan Tuhan.
Daniel tetap kuat dan tampil sebagai pemenang meski berada di tengah situasi yang sangat sulit, karena ia senantiasa bersekutu dengan Tuhan setiap hari, "...tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b).
Senantiasa bersekutu dengan Tuhan memberi kita kekuatan mengatasi badai hidup.
Senin, 22 September 2014
rahasia kuat mengarungi kehidupan
Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.” Kejadian 6:18
Hidup ini bagaikan sebuah kapal yang mengarungi samudera laut yang begitu luasnya. Ketika cuaca sedang cerah, maka kapal dapat berlayar dengan lancer tanpa gangguan. Semua perkiraan berapa lama perjalanan akan ditempuh dan rute mana yang akan dilewati dapat dilakukan dengan akurat. Bahkan kita dapat menikmati betapa indahnya perjalanan yang kita lalui hingga tujuan.
Tidak demikian ketika kita berlayar dalam keadaan cuaca yang buruk. Hujan badai yang turun akan mengakibatkan gelombang yang sangat besar, sehingga kapal akan terombang-ambing dengan begitu dahsyatnya. Ombak yang sangat besar akan membuat perjalanan menjadi sangat tidak nyaman dan juga berbahaya. Perjalanan yang ditempuh akan memakan waktu yang lebih lama dan bahkan rute perjalanan juga dapat berubah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kapal kecil tidak akan bertahan mengarungi samudera yang sedang diterpa oleh badai. Mungkin saja kapal tersebut dapat tenggelam oleh ganasnya badai yang menerpa. Kapal yang lebih besar dan mempunyai teknologi yang lebih canggih akan dapat bertahan mengarungi badai yang hebat. Apalagi didukung oleh nakhoda yang berpengalaman, maka kapal itu akan dapat melalui badai dengan selamat.
Demikian juga hidup kita ini, hidup kita ibarat kapal yang sedang mengarungi lautan yang luas untuk mencapai suatu tujuan. Kita tidak akan pernah tahu kapan kita melalui cuaca yang cerah dan kapan kita melalui hujan badai. Perkiraan cuaca mungkin dapat memberi kita gambaran akan apa yang akan terjadi. Tetapi kita akan tetap melewatinya apakah cuaca sedang cerah ataupun buruk.
Selama hidup kita berpegang
Hidup ini bagaikan sebuah kapal yang mengarungi samudera laut yang begitu luasnya. Ketika cuaca sedang cerah, maka kapal dapat berlayar dengan lancer tanpa gangguan. Semua perkiraan berapa lama perjalanan akan ditempuh dan rute mana yang akan dilewati dapat dilakukan dengan akurat. Bahkan kita dapat menikmati betapa indahnya perjalanan yang kita lalui hingga tujuan.
Tidak demikian ketika kita berlayar dalam keadaan cuaca yang buruk. Hujan badai yang turun akan mengakibatkan gelombang yang sangat besar, sehingga kapal akan terombang-ambing dengan begitu dahsyatnya. Ombak yang sangat besar akan membuat perjalanan menjadi sangat tidak nyaman dan juga berbahaya. Perjalanan yang ditempuh akan memakan waktu yang lebih lama dan bahkan rute perjalanan juga dapat berubah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kapal kecil tidak akan bertahan mengarungi samudera yang sedang diterpa oleh badai. Mungkin saja kapal tersebut dapat tenggelam oleh ganasnya badai yang menerpa. Kapal yang lebih besar dan mempunyai teknologi yang lebih canggih akan dapat bertahan mengarungi badai yang hebat. Apalagi didukung oleh nakhoda yang berpengalaman, maka kapal itu akan dapat melalui badai dengan selamat.
Demikian juga hidup kita ini, hidup kita ibarat kapal yang sedang mengarungi lautan yang luas untuk mencapai suatu tujuan. Kita tidak akan pernah tahu kapan kita melalui cuaca yang cerah dan kapan kita melalui hujan badai. Perkiraan cuaca mungkin dapat memberi kita gambaran akan apa yang akan terjadi. Tetapi kita akan tetap melewatinya apakah cuaca sedang cerah ataupun buruk.
Selama hidup kita berpegang
Sabtu, 20 September 2014
Berhati-hatilah dalam Kepalsuan
2 Petrus 2
"Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan, bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat." (2Petrus 2:17)
Hati-hati dengan ajaran-ajaran palsu yang akan menyesatkan iman kita. Ada begitu banyak ajaran palsu yang mampu mengubah cara berpikir seseorang dengan perlahan dan akhirnya melenceng dari iman mereka kepada Yesus. Ada begitu banyak peringatan di dalam Alkitab yg mengingatkan kita untuk berhati-hati. Namun bukan saja kita perlu berhati-hati terhadap ajaran sesat, tetapi berhati:atilah juga agar kita tidak menjadi pengajar sesat.
Beberapa waktu lalu, seorang anak mengaku bahwa ia diajak berbuat dosa oleh pacarnya, yg adalah pelayan di gereja. Ortu si cewek berpikir bahwa paling si cowok yg juga pelayan Tuhan itu merayu anaknya dan janji akan menikahi anaknya jika hamil. Si cewek ini bercerita kepada ayahnya jika ia memang dirayu tetapi tidak dijanjikan akan dinikahi. Namun ia menjelaskan kakak rohaninya itu berkata, "asalkan kita berdoa sebelum melakukannya, dan tidak menjadikannya alasan untuk kita pacaran, tuhan juga gapapa ko. Asal kita melakukannya atas dasar suka dan tidak menjadikan hal ini ( seks di luar nikah ) syarat dalam berpacaran.". Penyesatan bukannya datang dari luar, tetapi datang dari orang yg mengaku percaya Yesus dan takut akan Tuhan.
Teman, jangan karena kehendak daging dan hawa nafsu, kita menjadi salah satu pengajar sesat. Firman Tuhan katakana, pengajar sesat akan ditempatkan dalam kegelapan yg paling dahsyat. Jangan selewengkan kebenaran karena mengikuti hawa nafsu kita. Tampilah sebagai pelaku firman dan tangkal semua ajaran sesat yang dibawa oleh utusan-utusan iblis yg siap menjerat kita. Amin
•Pray it : Tuhan, kami akan kokohkan iman kami. Kami tidak mau disesatkan dan tidak akan menyesatkan. Amin:)
Rabu, 17 September 2014
Satu Sumber
Ibrani 11:6 “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan
kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa
Allah ada”
Berapa banyak
pembangkit listrik diperlukan untuk mencukupi kebutuhan listrik penduduk dalam
satu kota? Apakah sesuai jumlah rumah yang membutuhkan saluran listrik? Tidak,
cukup satu pembangkit listrik, penduduk satu kota dapat menikmati hasilnya. Bahkan,
sangat dimungkinkan satu pembangkit listrik tidak hanya mampu memberikan
pasokan listrik untuk satu kota, tetapi banyak kota. Siapa yang membutuhkan
sambungan listrik hanya perlu menyediakan kabel yang menghubungkan dengan
pembangkit listrik itu.
Yesus seperti
pembangkit listrik. Hanya saja, kalau pembangkit listrik memiliki daya yang
terbatas, Yesus memiliki daya yang tidak terbatas. Oleh karena itu, seorang
Yesus sudah cukup untuk menebus dosa seluruh manusia, bahkan Yesus mampu
menjangkau seluruh umat manusia di dunia dalam segala zaman. Tidak peduli
sebesar apapun dosa dan kejahatan kita, kasih Yesus selalu lebih dari cukup
untuk mengampuni dan mengubah hidup kita. Pertanyaannya: bagaimana caranya
supaya kita dapat terhubung dengan Yesus?
Persis seperti
cara rumah terhubung dengan sumber listrik, yaitu dengan kabel. Kabel inilah
yang kita sebut iman. Tanpa iman, maka kita tidak mungkin bisa menjangkau
Tuhan. Begitu pentingnya iman sehingga firman Tuhan berkata bahwa tanpa iman
seseorang tidak mungkin bisa berkenan di hadapan Allah. Orang yang mengaku
beriman harus percaya bahwa Allah ada, meskipun tidak melihat-Nya. Namun tidak
hanya itu, selanjutnya firman Tuhan berkata, “Dan bahwa Allah memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Dari ayat ini jelas bahwa iman
harus dibuktikan melalui perbuatan nyata. Bagaimana mungkin kita beriman kepada
Tuhan tapi tidak pernah mencari Tuhan? Jika seperti itu, maka itulah iman yang
mati. Seperti kabel yang dari luarnya kelihatan bagus, tapi serat kabel yang
ada di dalamnya ternyata putus. Iman bukan hanya sekedar kata-kata, tapi
dibuktikan dengan tindakan nyata. Bagaimana kondisi kabel anda saat ini?
Sabtu, 13 September 2014
The Book of Wisdom
Suatu waktu aku pernah membaca istilah The Book of Wisdom di sebuah majalah sekuler dalam kolom nasehat. Saya memang kaget sewaktu membaca kutipan penulis yabg diambil dari Alkitab; dia nggak menulis sumbernya dari Alkitab pasal berapa dan ayat berapa, tapi dia menulis bersumber dari The Book of Wisdom. Terus terang saya terkesima dengan istilah yang dia pakai karena kalo dipikir lagi emang betul kan, Alkitab itu berisi banyak hikmat dan tuntunan untuk hidup kita. Kalo kamu pernah tahu seminar-seminar motivasi dan apapun sejenisnya, dasar pengajaran yang mereka pake sebagian besar dari Alkitab. Jelas dong, karena Alkitab mengandung kebenaran yang luar biasa besar. Salomo bisa dikenal sebagai orang yang berhikmat karena ia meminta hikmat pada sumber yang tepat. Demikian juga dengan kita, kita bisa meminta hikmat kepada Tuhan untuk menjalani hidup ini. Hidup yang kita hadapi didepan dengan tujuan akhir sorga itu gak mudah. Oleh karena itu, setelah mengetahui tujuan yang akan kita capai itu berharga banget, kita perlu tuntunan dalam hidup kita, dan tuntunan itu bisa kita dapat dari Alkitab. Gak usah bingung-bingung beli buku yabg berisi tentang hikmat deh, kamu tinggal buka aja Alkitab, semua hikmat terkandung didalamnya. Sekaligus kita jadi lebih mengenal bagaimana pribadi Bapa di sorga, apa yang Bapa kehendaki, dll. Sekali dayung, 2-3 pulau terlampaui kan? Gak perlu koleksi buku hikmat banyak-banyak, cukup satu, yaitu Alkitab. Apalagi kalau kamu baca Amsal yang ditulis oleh Salomo, kamu akan semakin terheran-heran akan banyaknya nasehat-nasehat yang terkandung didalamnya. So, jangan lupa untuk membaca Alkitab tiap hari ya. Karena dari situlah kita bisa mendapatkan jalan keluar untuk setiap permasalahan.
Rabu, 10 September 2014
Langkah Demi Langkah
2 Korintus 5:7 “Karena hidup kami ini adalah hidup karena
percaya, bukan karena melihat”
Ketika mengajari
seorang anak balita berjalan, kita tidak akan memintanya berjalan hingga
ratusan meter atau beberapa kilometer layaknya atlet lari. Kita juga tidak akan
memegang stopwatch, mengukur seberapa cepat ia berjalan. Bisa berjalan tanpa
ditopang beberapa langkah saja sudah merupakan kegembiraan bagi kita dan satu
prestasi bagi anak itu sendiri. Bagi balita yang sedang belajar berjalan,
fokusnya adalah apa yang terjadi selama beberapa langkah kedepan. Jika belum-belum
kita sudah menyuruh ia berpikir tentang kecepatan jalan, tentang perjalanan ke
tempat-tempat jauh, tentang cara berjalan bak pragawati di catwalk, dll,
mungkin si anak tidak akan berani berjalan.
Sering
kali, banyak orang terjebak dalam zona nyaman karena hal ini. Mereka tidak mau
atau takut melangkah karena sudah buru-buru berpikir tentang begitu banyak hal.
Apa yang rekan saya pikirkan jika saya tinggalkan kebiasaan dosa saya? Bagaimana
saya bisa mendapat untung jika saya menolak uang pelican dari klien? Inilah yang
membuat pemuda kaya dalam bacaan hari ini menolak mengikuti Yesus. Kekayaan adalah
zona nyaman pemuda itu. Ketika Yesus “menantang” dia untuk keluar dari zona itu
ia menolak. Alkitab memberi catatan alasannya, karena anak muda itu sangat
kaya. “Tanpa hartaku, bagaimana aku hidup” mungkin itulah pikiran pemuda kaya
itu. Ironis, mengikuti Tuhan yang memberi berkat dan kehidupan, yang membuat
miskin dan membuat kaya, tapi takut tidak bisa hidup.
Dalam bahasa
inggris, kata “faith” memiliki 2 arti yaitu “iman” dan juga “kesetiaan”. Perjalanan
iman tak selalu berupa satu lompatan. Perjalan iman sering kali harus kita
tempuh langkah demi langkah. Langkah yang konsisten kita ambil lebih baik
daripada satu lompatan besar tapi setelah itu berhenti. Itu sebabnya, 2
korintus 5:7 berkata “Karena hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan
karena melihat”. Banyak orang berani melompat karena ia melihat dan
menginginkan sesuatu. Namun, beranikah kita melangkah, bahkan melompat, dengan
fokus hanya pada kasih Tuhan dan bukan
semata yang akan kita dapatkan nanti?
Senin, 08 September 2014
Kristen Plastik
Matius 23:28 “Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu
tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan
dan kedurjanaan”
Beberapa
waktu yang lalu, saya dan beberapa kawan bertamu ke rumah salah seorang saudara
seiman yang baru saja memiliki momongan. Saat kami masuk ke rumahnya dan
melihat anaknya yang baru saja lahir, pandangan saya tertarik dengan sebuah
bunga dalam pot yang diletakkan dekat ruang baca. Bunga itu indah sekali dan
kelihatan segar. Namun saaat saya dekati, saya baru sadar itu bunga plastik. Indah
dipandang namun mati.
Banyak orang
suka membeli dan memasang bunga plastik di rumah, karena lebih murah, tahan
lama, enak dilihat, dan tanpa perawatan. Namun jangan sampai kekristenan kita
seperti bunga plastik. Dari luar kelihatan rajin beribadah, namun sikap hidup
kita tidak sesuai dengan ibadah kita. Dari luar kelihatan selalu berdoa, namun
hanya sebatas ucapan di bibir tanpa disertai iman. Dari luar kita tersenyum
ramah, tapi dalam hati kita penuh kebencian. Dari luar kita kelihatan beriman
teguh, namun ada masalah sedikit saja kita sudah jatuh. Dari luar kita terlihat
bahagia, tapi di kedalaman hati kita merasa hampa. Persis seperti bunga plastic
yang saya ceritakan tadi, terlihat hidup tapi sebenarnya mati.
Seperti
halnya bunga plastik yang terkadang menipu mata, jangan jadi orang Kristen yang
penuh dengan kepalsuan. Apa gunanya kita seolah baik, tapi busuk. Terlihat sukacita
tapi sedih merana. Terlihat bahagia tapi hampa. Terlihat penuh kasih, tapi
dikuasai kebencian. Itulah yang disebut dengan munafik. Jadiah orang Kristen luar
dalam. Apa yang kita perlihatkan di luar hendaknya sama persis dengan apa yang
ada di dalam. Itulah kekristenan sejati. Yang sejati selalu punya kualitas
tersendiri. Dengan menjadi Kristen sejati, maka hidup kita akan menjadi batu
pijakan bagi orang lain untuk mengenal Kristus. Sebaliknya, jika hidup kita
penuh kepalsuan, maka kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Seindah-indahnya
bunga plastik, hal itu tetap tidak akan dapat menyamai keindahan bunga yang
asli, bukan?
Rabu, 03 September 2014
Dibayar Dengan Harga
1 Korintus 7:23 “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas
dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia”
Ada seorang
petani yang sedang bekerja di ladang di sebuah pucuk bukit. Suatu ketika, ia
melihat samudera tiba-tiba surut dari pantai. Secara naluri ia tahu kalau
sebentar lagi akan terjadi gelombang tsunami besar. Melihat tetangga-tetangganya
yang tinggal di pesisir pantai dan mengetahui bahwa satu-satunya pelarian
mereka adalah perbukitan, maka si petani membakar ladangnya sendiri. Melihat asap
yang membumbung tinggi, orang-orang yang ada di bawah bukit pun segera berlari
untuk menolong si petani. Beberapa waktu kemudian, dari puncak bukit mereka
mengamati tsunami menerjang rumah-rumah yang baru saja mereka tinggalkan. Petani
itu telah mengorbankan ladangnya demi nyawa penduduk tepi pantai tersebut.
Kita bisa
bekerja di tempat yang bergengsi, karena kita telah dibekali dengan pendidikan
yang memadai. Namun untuk menikmati pendidikan tinggi itu, ada orang tua yang
membiayai dengan jerih lelah mereka. Kemudian kita bisa menikmati makanan
setiap hari, itu pun karena orang tua berusaha sedemikian rupa untuk memelihara
dan membesarkan kita. Bahkan kita bisa memperoleh hidup kekal, sebab Yesus
telah membayarnya dengan darah-Nya. Ya, ada banyak hal yang bisa kita kecap
dengan baik, karena ada seseorang yang sudah membayar harganya. Namun pertanyaannya,
pernahkah kita meluangkan waktu untuk berterima kasih dan mengekspresikan
penghargaan kita kepada mereka yang telah membayar segala sesuatu bagi kita?
Kita ada
sebagaimana kita ada sekarang , semuanya bukan karena kita semata. Demikian juga
berkat yang kita terima hari ini tidak terjadi dengan sendirinya. Semuanya itu
tak lepas dari pemberian, pengorbanan, dan jerih payah orang-orang tertentu
bagi kita. Mungkin orang tua, pasangan, sahabat, dan tentu saja Tuhan yang
memberkati kita. Jadi, ekspresikan rasa syukur kita dan ucapkanlah terimakasih
untuk harga bayar dan pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk kita. Mereka sudah
melakukan yang terbaik bagi kita, apa yang kita lakukan untuk membalas mereka?
Kamis, 28 Agustus 2014
Karunia Melayani
Roma 12:6 "Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita."
Karunia merupakan berkat yang diberikan Allah kepada kita dan sebaiknya kita harus mengembangkannya. Begitu banyak pertanyaan yang muncul tentang bagaimana cara melayani Tuhan padahal kita tidak mempunyai bakat seperti bernyanyi, bermain musik, memberitakan injil dan sebagainya. Tahukah kalian bahwa melayani Tuhan tidak semata-mata dengan hal-hal itu saja? setiap kita pribadi telah dikaruniakan Tuhan bakat atau talenta dan mungkin lebih dari satu. Talenta itulah yang seharusnya kita kembangkan agar kita selalu dapat memuliakan nama Tuhan dimana pun kita berada.
Melayani bukan semata-mata hanya di gereja. Saat kita membantu orang lain yang membutuhkan, saat kita memberikan sebagian rejeki kita kepada mereka yang berkekurangan bahkan saat kita tidak membuang sampah sembarangan dan turut menjaga lingkungan kita juga adalah bentuk dari pelayanan.
Pelayanan itu juga merupakan bentuk persembahan kita dihadapan Tuhan. Persembahan bukan hanya berupa materi yang kita berikan setiap hari minggu tetapi juga pelayanan terhadap sesama.
Oleh karena itu berikanlah persembahan yang benar dihadapan Tuhan melalui pelayanan karena pelayanan sekecil apapun yang kita berikan dengan setulus hati dapat menjadi berkat bagi kita dan bagi sesama kita.
Rabu, 27 Agustus 2014
Geleng-Geleng Kepala
Lukas 17:18 “Tidak adakah di antara mereka yang kembali
untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”
Selesai
makan, Tara memanggil pelayan sebuah rumah makan untuk meminta bill. Pelayan tersebut
menyodorkan sejumlah nilai yang harus dibayar. Tara sengaja memberikan uang
lebih, sambil berkata “uang kembaliannya diambil saja”. Tanpa senyum dan mengucapkan
terima kasih, pelayan itu mengambil uang Tara dan langsung pergi begitu saja. Dalam
hati Tara geleng-geleng kepala dengan sikap pelayan tersebut. Tara tidak gila
hormat, namun mendapat perlakuan seperti itu membuatnya menyesal memberikan
tips kepada orang yang tidak tahu berterimakasih seperti itu.
Bacaan kita
hari ini cukup menggambarkan kekecewaan Yesus terhadap orang kusta yang telah
Ia sembuhkan. Betapa tidak? Dari sepuluh orang kusta yang Ia sembuhkan, hanya
satu orang kusta yang kembali untuk berterima kasih dan memuliakan Tuhan. Ironisnya,
satu orang itu adalah orang asing yaitu orang samaria. Dimanakan yang Sembilan orang
lainnya? Mereka mungkin seperti pelayan rumah makan tadi, langsung pergi begitu
saja setelah mendapat mujizat penyembuhan.
Dari sepuluh
orang, hanya satu yang kembali mengucap syukur. Mungkin itulah gambaran
kebanyakan manusia, yaitu lupa untuk berterima kasih. Coba hitung kembali
berkat, mujizat, pertolongan, dan hal-hal apa saja yang telah Tuhan berikan kepada
kita. Diantara semua berkat itu berapa banyak kita menyediakan waktu secara
khusus untuk berterima kasih, mengucap syukur, dan memuliakan Tuhan? Akankah berkat
dan mujizat yang kita terima justru membuat kita lupa dengan Tuhan yang
memberikan berkat dan mengadakan mujizat? Jika demikian, mungkin Tuhan di sorga
geleng-geleng kepala melihat sikap kita yang tidak tahu terimakasih.
Jumat, 22 Agustus 2014
UCAPAN SYUKUR YANG MENULAR
Bacaan: Mazmur 103
Menjadi pelupa biasanya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, namun hal itu kini umum dialami oleh kita semua. Bahkan anak-anak pun bisa menjadi pelupa dan kerap mengeluarkan alasan, "Saya lupa!" Namun ada satu jenis kelupaan yang tidak termaafkan dan berlaku untuk semua umur-lupa mengucap syukur kepada Allah.
Karena Pemazmur Daud sudah menetapkan untuk tidak mengecewakan Tuhan dalam hal mengucap syukur, maka ia mengajak jiwanya: "Janganlah lupakan segala kebaikkan-Nya" (Mazmur 103:2). Daud tidak menyembunyikan ucapan syukurnya kepada Allah.
Dalam Mazmur 34:3 ia mengungkapkan, "Biarlah orang-orang yang rendah hati mendengar-Nya dan bersukacita." Lalu, siapakah orang-orang yang rendah hati itu? Mereka adalah orang-orang yang mengalami saat-saat yang sulit seperti Daud.
Mengapa mereka akan bersukacita bila mendengar pujian Daud? Karena iman mereka dikuatkan ketika Daud memberi kesaksian tentang pertolongan Allah saat ia mengalami ketakutan (ayat 5), kesesakan (ayat 7), kekurangan (ayat 11), remuk jiwa (ayat 19) atau kemalangan (ayat 20). Kapan terakhir kali Anda secara terbuka dan tanpa rasa malu memuji Allah atas pertolongan-Nya saat Anda mengalami kesulitan? Seseorang pernah berkata, "Jika orang-orang Kristen lebih lagi dalam memuji Allah, keraguan dunia terhadap Dia akan semakin berkurang." Sikap mengucap syukur kepada-Nya atas kebaikan-Nya dan teladan Anda dalam memuji Dia dapat membuat orang lain tidak ragu-ragu untuk beriman kepada-Nya
-JEY SIKAP MAU BERSYUKUR DAPAT MEMBUAT HIDUP ANDA PENUH SUKACITA
Menjadi pelupa biasanya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, namun hal itu kini umum dialami oleh kita semua. Bahkan anak-anak pun bisa menjadi pelupa dan kerap mengeluarkan alasan, "Saya lupa!" Namun ada satu jenis kelupaan yang tidak termaafkan dan berlaku untuk semua umur-lupa mengucap syukur kepada Allah.
Karena Pemazmur Daud sudah menetapkan untuk tidak mengecewakan Tuhan dalam hal mengucap syukur, maka ia mengajak jiwanya: "Janganlah lupakan segala kebaikkan-Nya" (Mazmur 103:2). Daud tidak menyembunyikan ucapan syukurnya kepada Allah.
Dalam Mazmur 34:3 ia mengungkapkan, "Biarlah orang-orang yang rendah hati mendengar-Nya dan bersukacita." Lalu, siapakah orang-orang yang rendah hati itu? Mereka adalah orang-orang yang mengalami saat-saat yang sulit seperti Daud.
Mengapa mereka akan bersukacita bila mendengar pujian Daud? Karena iman mereka dikuatkan ketika Daud memberi kesaksian tentang pertolongan Allah saat ia mengalami ketakutan (ayat 5), kesesakan (ayat 7), kekurangan (ayat 11), remuk jiwa (ayat 19) atau kemalangan (ayat 20). Kapan terakhir kali Anda secara terbuka dan tanpa rasa malu memuji Allah atas pertolongan-Nya saat Anda mengalami kesulitan? Seseorang pernah berkata, "Jika orang-orang Kristen lebih lagi dalam memuji Allah, keraguan dunia terhadap Dia akan semakin berkurang." Sikap mengucap syukur kepada-Nya atas kebaikan-Nya dan teladan Anda dalam memuji Dia dapat membuat orang lain tidak ragu-ragu untuk beriman kepada-Nya
-JEY SIKAP MAU BERSYUKUR DAPAT MEMBUAT HIDUP ANDA PENUH SUKACITA
Kamis, 21 Agustus 2014
Marah itu Dosa
Efesus 4:26 " Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu"
Urusan maku-memaku memang tidak sulit. Kita bisa saja menyuruh orang yg tidak kita kenal atau siapapun itu untuk memaku dirumah kita. Jadi kenapa setiap kita memaku kita harus melihat si pemaku melakukan hal itu? Kenapa tidak kita biarkan saja? Karna kita pasti takut jika si pemaku salah posisi atau terlalu dalam menacapkan pakunya. Memang hal maku memaku kelihatan sepele, tapi jika salah maka akan mrnyisahkan sebuah lubang yang akan membuat dinding kita terkesan jelek. Kita bisa saja mengecatnya kembali tapi itu tidak akan efektif.
Sama halnya dengan dosa. Amarah atau emosi yang tidak terkendalikan bisa menyebabkan seseorang menjadi terluka, ia menjadi kehilangan semangatnya. Tetapi sebaliknya jika kita memberi perkataan yang baik kepadanya maka ia juga akan mendapat sebuah kebaikan dari perkataan yang di dengarkannya..
apakah maksud dari "janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu"? Apa saat matahari akan terbenam disitu juga kita tiba-tiba berhenti marah? Bukan. Amarah itu mungkin adalah hal yg lumrah di dunia ini, siapa saja tidak terlupiut dari amarah. Tetapi yang perlu kita ingat adalah Disaat kita marah janganlah sampai amarah itu membekas dihatinya atau menjadi berlarut-larut karena itu adalah dosa.
Amsal 14:29 “Orang yang sabar, besar pengertiannya. Tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohannya." Bersabarlah dalam kesesakan. Amarah tidak akan menyelesaikan sebuah masalah karena amarah adalah pekerjaan si iblis yang berhasil menguasai hati dan pikiran kita karena Yak 1:19,20 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini; setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah. Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Rabu, 20 Agustus 2014
Tangan Dan Dahi
Ulangan 6:8 “Haruslah juga engkau mengikatnya sebagai tanda
pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambing di dahimu”
Di Israel,
khususnya Yerusalem, wisatawan akan menemukan pemandangan tak lazim. Orang-orang
Yahudi ortodoks yang berjubah dan berpenampilan unik mondar-mandir dengan kotak
kecil yang diikatkan melingkar pada tangan dan dahi mereka. Kotak kecil
tersebut berisi kertas dengan ayab kitab suci di dalamnya. Tampaknya mereka
melakukan secara harafiah apa yang diinstruksikan oleh firman Tuhan dalam
ulangan 6:8. Jika menurut firman Tuhan itu, haruskah kita melakukan hal yang
sama dengan orang Yahudi ortodoks itu?
Ketika Tuhan
mengatakan kepada bangsa Israel untuk mengikat perkataan firman di tangan dan
dahi mereka, Ia sedang memberikan kepada mereka gambaran bagaimana mereka harus
menaruh firman-Nya dalam pikiran mereka setiap saat. Tuhan menghendaki mereka
mengingat firman-Nya, namun tak hanya itu, mereka juga harus mempraktekannya
dalam setiap aspek kehidupan. Tangan adalah symbol dari tindakan, sementara
dahi adalah symbol dari pikiran. Tuhan memberi perintah kepada orang Israel
untuk mempercakapkan firman baik saat berada bersama keluarga di rumah, di
jalan, dari bangun tidur sampai pergi tidur di malam hari, meletakkannya di
pintu dan gerbang rumah mereka, pendeknya di setiap waktu dan setiap situasi.
Apakah setiap
hari kita mengikat diri kepada firman Tuhan? Apakah firman Tuhan menjaga
pikiran, perkataan, dan setiap langkah hidup kita? Hanya dengan mengikat diri
kepada firman, maka kita akan memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. Jika kita
tidak mengikat diri pada firman, bisa dipastikan kita akan jatuh. Kita tidak
mungkin bisa hidup benar dengan cara dan kekuatan kita sendiri. Kita hanya bisa
hidup benar kalau ditopang oleh kekuatan firman. Ikatan firman Tuhan di setiap
langkah kita. Ikatan firman Tuhan di dalam pikiran kita. Ikatan firman Tuhan di
dalam perkataan kita. Bersediakah anda?
Selasa, 19 Agustus 2014
Pengajaran dalam sebuah perjalanan
Ingatlah kepada seluruh perjalanan ... dengan maksud merendahkan hatimu dan ... mengetahui apa yang ada dalam hatimu .... (Ulangan 8:2)
Perjalanan selalu mengajarkan sesuatu kepada kita. Saat mendaki gunung bersama teman-teman pemuda dan remaja, saya belajar satu hal: bawalah logistik dan istirahatlah yang cukup! Kami berangkat dengan peralatan seadanya: tanpa tenda, lupa membawa kaus kaki penghangat, pisau, dan peralatan makan, dan makanan pun sedikit. Menjelang turun gunung, yang tersisa hanyalah sebungkus mi instan yang harus dibagi dengan beberapa orang dan sepotong roti. Akhirnya, baru sepertiga perjalanan, energi saya sudah terkuras habis.
Perjalanan bangsa Israel melalui padang gurun yang berat selama empat puluh tahun juga mengajarkan sesuatu kepada mereka. Mereka menghadapi terik matahari, berbagai masalah logistik, musuh, dan rintangan karena Allah ingin merendahkan hati mereka dan mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, apakah mereka taat pada perintah-Nya atau tidak (Ulangan 8:2). Selama perjalanan itu hati yang bebal menjadi mau mengikuti nasihat-Nya. Hati yang tertutup menjadi mau kembali mendengarkan suara-Nya. Hati yang angkuh menjadi mau taat dan berserah.
Apakah saat ini Anda sedang berada di padang gurun kehidupan yang gersang dan berdebu? Di gunung tinggi terjal yang penuh ancaman bahaya? Atau di samudra luas, terombang-ambing tak menentu? Perjalanan kehidupan akan mengajarkan sesuatu kepada Anda. Pertanyaannya, ketika perjalanan menjadi terasa berat dan penuh duka, apakah yang ada di dalam benak Anda? Apakah Anda tetap berpegang pada perintah-Nya?—HTP
Perjalanan bangsa Israel melalui padang gurun yang berat selama empat puluh tahun juga mengajarkan sesuatu kepada mereka. Mereka menghadapi terik matahari, berbagai masalah logistik, musuh, dan rintangan karena Allah ingin merendahkan hati mereka dan mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, apakah mereka taat pada perintah-Nya atau tidak (Ulangan 8:2). Selama perjalanan itu hati yang bebal menjadi mau mengikuti nasihat-Nya. Hati yang tertutup menjadi mau kembali mendengarkan suara-Nya. Hati yang angkuh menjadi mau taat dan berserah.
Apakah saat ini Anda sedang berada di padang gurun kehidupan yang gersang dan berdebu? Di gunung tinggi terjal yang penuh ancaman bahaya? Atau di samudra luas, terombang-ambing tak menentu? Perjalanan kehidupan akan mengajarkan sesuatu kepada Anda. Pertanyaannya, ketika perjalanan menjadi terasa berat dan penuh duka, apakah yang ada di dalam benak Anda? Apakah Anda tetap berpegang pada perintah-Nya?—HTP
PERJALANAN KEHIDUPAN SELALU MENGAJARKAN SESUATU KEPADA KITA,
PERJALANAN YANG BERAT MENGUJI ISI HATI KITA
Senin, 18 Agustus 2014
Sebuah Kebetulan?
Galatia 6:7 “Jangan Sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga akan dituainya.”
Pada tahun
1965, ketika Roger Lausier berumur 4 tahun, ia hampir tenggelam saat berenang
di pantai Salem. Nama perempuan yang menolongnya adalah Alice Blaise. Pada tahun
1974, di pantai yang sama, Roger yang sedang main selancar secara kebetulan
melihat seorang pria yang hampir tenggelam dan segera menolongnya. Berkat Roger,
pria itu selamat. Yang unik adalah pria yang ditolongnya itu adalah suami Alice
Blaise, wanita yang dulu pernah menolongnya saat ia masih kecil.
Apakah ini
peristiwa kebetulan? Barangkali ya. Meski demikian saya percaya dengan apa yang
dikatakan oleh Bill Moyers, “kebetulan adalah cara Allah bermanifestasi.” Ya,
ketika sebuah peristiwa kebetulan sedang terjadi, sebenarnya Tuhan sedang
berbicara sesuatu yang sangat penting. Melalui pengalaman hidup Roger di atas,
Tuhan sedang meneguhkan firman-Nya tentang hukum tabor tuai. Siapa menabur akan
menuai. “karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”
Jelaslah
bahwa orang yang menabur tidak pernah kehilangan upahnya. Jika hari ini belum
menuai, barangkali besok, lusa, atau kapan pun juga. Karena itu, Paulus
mengingatkan kepada jemaat di Galatia untuk tidak jemu-jemu berbuat baik. Demikian
juga sebaliknya, orang yang menabur hal-hal yang buruk juga tidak akan pernah
kehilangan tuaiannya, hanya saja tuaiannya itu dalam hal yang buruk juga. Karena
itu, prinsip tabor tuai ini sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar kita
lebih bijak dalam melangkah dan bertindak. Biarlah hari ini kita menjalani
hidup dengan semangat yang ditularkan Paulus, “jangan jemu-jemu berbuat baik.” Lakukan
kebaikan kepada setiap orang. Kebaikan-kebaikan kecil yang akan kita lakukan
akan sangat berarti bagi orang yang menerimanya. Sebagai gantinya, suatu saat
kita akan menerima kebaikan-kebaikan juga dari orang lain. Dengan cara seperti
inilah Tuhan bekerja dan memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai macam
peristiwa.
Minggu, 17 Agustus 2014
UTUSAN TUHAN: Mengembangkan Talenta
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2014
Baca: Matius 25:14-30
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka." Matius 25:14
Dalam hal melayani pekerjaan-Nya Tuhan tidak hanya sekedar mengutus anak-anak-Nya, tapi Dia juga membekali setiap orang percaya dengan talenta, "...untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus," (Efesus 4:12). Jadi tidak ada alasan bagi kita berkata 'tidak' terhadap panggilan Tuhan!
Talenta berbicara tentang banyak hal: bakat, kecakapan, keahlian, kemampuan, harta dan sebagainya sebagai sesuatu yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Adapun besarnya talenta dari tiap-tiap orang itu berbeda-beda: "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya," (Matius 25:16). Dalam Perjanjian Lama talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau kurang lebih 34 kilogram. Dalam Perjanjian Baru talenta adalah ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya yaitu 6000 dinar. Dinar adalah mata uang Romawi. Satu dinar sama dengan upah pekerja harian dalam satu hari, jadi 1 talenta = upah 6000 hari (identik dengan upah hampir enam setengah tahun!). Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidak memberikan talenta kepada manusia, bahkan minimal Dia akan memberikan satu talenta kepada seseorang, yang sesungguhnya memiliki nilai yang sangat besar. Sedangkan pemberian talenta itu sendiri bukan karena kita yang memintanya kepada Tuhan, tetapi sepenuhnya adalah kewenangan Tuhan; Ia sendiri yang menentukan. Maka dari itu kita pun tidak boleh menuntut kepada Tuhan, atau membanding-bandingkan talenta yang Tuhan berikan kepada kita dengan yang Tuhan berikan kepada orang lain. dengan demikian tiap-tiap orang sudah mendapatkan porsinya masing-masing, yang kesemuanya itu didasarkan pada kesanggupan kita!
Tuhan menghendaki kita mengembangkan setiap talenta yang Dia berikan itu! Jangan sampai kita menyia-nyiakannya dengan 'menyimpan' serta 'menyembunyikannya' di dalam tanah, seperti yang diperbuat oleh hamba yang menerima satu talenta (Matius 25:18), padahal kita diberi waktu dan kesempatan yang sama.
Sudahkah kita mengembangkan setiap talenta yang Tuhan berikan?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2014
Baca: Matius 25:14-30
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka." Matius 25:14
Dalam hal melayani pekerjaan-Nya Tuhan tidak hanya sekedar mengutus anak-anak-Nya, tapi Dia juga membekali setiap orang percaya dengan talenta, "...untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus," (Efesus 4:12). Jadi tidak ada alasan bagi kita berkata 'tidak' terhadap panggilan Tuhan!
Talenta berbicara tentang banyak hal: bakat, kecakapan, keahlian, kemampuan, harta dan sebagainya sebagai sesuatu yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Adapun besarnya talenta dari tiap-tiap orang itu berbeda-beda: "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya," (Matius 25:16). Dalam Perjanjian Lama talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau kurang lebih 34 kilogram. Dalam Perjanjian Baru talenta adalah ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya yaitu 6000 dinar. Dinar adalah mata uang Romawi. Satu dinar sama dengan upah pekerja harian dalam satu hari, jadi 1 talenta = upah 6000 hari (identik dengan upah hampir enam setengah tahun!). Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidak memberikan talenta kepada manusia, bahkan minimal Dia akan memberikan satu talenta kepada seseorang, yang sesungguhnya memiliki nilai yang sangat besar. Sedangkan pemberian talenta itu sendiri bukan karena kita yang memintanya kepada Tuhan, tetapi sepenuhnya adalah kewenangan Tuhan; Ia sendiri yang menentukan. Maka dari itu kita pun tidak boleh menuntut kepada Tuhan, atau membanding-bandingkan talenta yang Tuhan berikan kepada kita dengan yang Tuhan berikan kepada orang lain. dengan demikian tiap-tiap orang sudah mendapatkan porsinya masing-masing, yang kesemuanya itu didasarkan pada kesanggupan kita!
Tuhan menghendaki kita mengembangkan setiap talenta yang Dia berikan itu! Jangan sampai kita menyia-nyiakannya dengan 'menyimpan' serta 'menyembunyikannya' di dalam tanah, seperti yang diperbuat oleh hamba yang menerima satu talenta (Matius 25:18), padahal kita diberi waktu dan kesempatan yang sama.
Sudahkah kita mengembangkan setiap talenta yang Tuhan berikan?
Sabtu, 16 Agustus 2014
kota pengampunan
Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang ... boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh ... dengan tidak sengaja .... (Ulangan 19:4)
Pada suatu hari salah seorang murid Sekolah Minggu saya bercerita bahwa ia pernah dihukum karena tidak sengaja menendang bola dan mengenai kepala temannya. Ia dimarahi oleh gurunya, ditegur oleh orangtua temannya, dan dihukum oleh orangtuanya sendiri. Padahal ia sudah menceritakan kejadian yang sesungguhnya dan meminta maaf kepada temannya. Ia merasa sangat kecewa dan kesal.
Kita juga kerap mengalami hal yang sama. Kita melakukan kesalahan yang tidak disengaja namun berakibat cukup fatal, dan akhirnya menerima limpahan kemarahan yang berlebihan. Mungkin pada masa kini orang menghadapi banyak sekali tekanan sehingga membuat hati mengeras seperti batu. Orang sulit memberikan pengampunan, bahkan untuk kesalahan yang tidak disengaja.
Berbeda dengan Tuhan yang justru menyediakan tempat khusus bagi mereka yang melakukan kesalahan dengan tidak disengaja, bahkan dalam kasus pembunuhan yang tidak disengaja, agar para pelakunya mendapatkan perlindungan. Tuhan memerintahkan pengampunan. Kita seharusnya juga menyediakan sebuah kota perlindungan bagi orang-orang yang menyakiti hati kita agar mereka mendapatkan pengampunan yang layak. Makin banyak orang yang menyakiti hati kita, makin luas kota yang harus kita sediakan sehingga dapat menampung lebih banyak orang yang bisa kita ampuni. Makin banyak pengampunan yang kita berikan kepada sesama, makin nyata kasih Kristus di dalam diri kita. Dan pada akhirnya, kemuliaan Tuhan juga yang akan dinyatakan di dalam hidup kita—SH
KEMARAHAN MENYISAKAN KEPEDIHAN,
PENGAMPUNAN MELAHIRKAN PEMBEBASAN
Kamis, 14 Agustus 2014
Mulutmu Harimaumu
Efesus 4:29 "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia"
Kita pasti udah sering banget kan dengar istilah ini, ya, istilah ini emang udah lama banget. Kalian tau kan harimau? iya harimau itu terkenal buas dan mematikan tetapi tergantung pada situasi, jika pawangnya sendiri yang ada didekatnya iya pasti menjadi hewan yang jinak dan manja, tapi jika orang lain yang mendekatinya, duh bisa-bisa dicabik sama si harimau.
Begitu juga dengan mulut kita, ucapan yang keluar dari mulut kita itu tergantung dari pada kita. Ucapan yang keluar dari mulut kita itu sangat besar loh kuasanya. Masih ingat kan dengan cerita malin kundang? disana si ibu sedang marah dan mengatakan bahwa anaknya durhaka dan keras seperti batu dan si malin dikutuk menjadi batu, maka malin kundang menjadi batu.
Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat menjadi berkat bagi orang lain tetapi dapat juga menjadi malapetaka dan hal itu juga berlaku pada diri kita sendiri.
Ucapan itu juga berupa doa. Coba bayangkan jika setiap pagi kita bangun dari tidur kita dan berkata "Semangat, semangat, semangat! Terima kasih Tuhan Yesus atas hari yang begitu luar biasa ini" pasti otak dan alam pun akan merespon ucapan kita dan tanpa kita sadari hal-hal positif yang ada di pikirkan kita serta Tuhan pun akan mengulurkan tangan-Nya untuk mengadakan hal-hal yang baik pula.
Begitu juga halnya dengan 1 samuel 2:3 " Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena Tuhan itu Allah yang mahatau, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji". Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat menjadi saran berkat, penyemangat dan sukacita bagi orang lain tetapi dapat juga menjadi malapetaka jika kita tidak mengontrol ucapan kita. Keluarkanlah ucapan atau perkataan yang baik agar engkau dan orang-orang disekitarmu juga memperoleh hal yang baik pula.
Rabu, 13 Agustus 2014
Teguran Kasih
1 Korintus 13:6 “Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan,
tetapi karena kebenaran”
Bagaimana
cara anda menunjukkan kasih kepada orang lain? Mungkin anda akan mengatakan
dengan berbuat baik, ramah, sabar, menolong, atau menyenangkan hati orang lain.
Tidak ada yang salah dengan jawaban tersebut. Bagaimana kalau menunjukkan kasih
dengan teguran? Apakah itu masih bisa disebut tindakan kasih? Ada sebuah cerita
pendek. Ada seorang wanita bernama Meli sedang berbelanja di supermarket, Meli
hampir dirugikan karena kasir dengan sengaja tidak memberi struk belanjaannya. Meski
beberapa pembeli lain sedang mengantre di belakangnya, Meli memberanikan diri
untuk kembali meminta struk dan mengeceknya. Ternyata dia mendapatkan diskon
yang jumlahnya cukup besar seperti tertera di struk. Akhirnya Meli menegur
kasir tersebut dan menerima haknya.
Sederhana
bukan? Namun, bagaimana jika puluhan atau ratusan pelanggan lain, dengan alasan
“maklum” sehinggga tidak mau “merepotkan” kasir meminta hak mereka? Ada dua
kemungkinan, pertama kita bakal merasa sudah mengasihi karena mengerti kesibukan
kasir (kalau mau jujur sebenarnya kita yang gak mau repot). Kedua, kasir akan
tenggelam dalam dosanya karena semua bertoleransi padanya. Kita tidak repot,
kasir juga senang. Bukankah itu gambaran yang sering terjadi dalam hidup kita?
Mengasihi
tidak selalu identic dengan menyenangkan hati orang lain. Paulus menulis “Kasih
tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran”. Menyatakan kesalahan
memang sulit apalagi pada orang terdekat. Alasannya kita tidak mau merusak
hubungan. Dengan dalih menjaga hubungan, kita memilih untuk “main aman” tapi
sebenarnya itu mencelakakan orang tersebut. Ingatlah bahwa berani menegur untuk
sebuah kebenaran dan kebaika adalah tanda kita mengasihi.
Senin, 11 Agustus 2014
Kristen tanpa Kristus
Kolose 1:27 “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa
kaya dan mulianya rahasia itu diantara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada
ditengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan”
Hampir
setiap anak kecil menyukai balon. Dengan warna yang bermacam-macam dan bentuk
yang makin variatif, balon memang sangat lucu dan menarik. Namun apakah anda
berpikir bahwa warna balon yang indah dan bentuk balon yang lucu menjadi tidak
ada artinya kalau tidak ada udara yang ada di dalam balon tersebut. Bayangkan
jika balon tanpa udara, apakah balon itu masih indah dan menarik? Tentu saja
tidak. Yang paling inti dan utama dari balon sebenarnya bukanlah bentuk atau
warnanya, tapi apakah ada udara di dalamnya.
Seperti
halnya balon menjadi tidak ada artinya jika tidak ada udara di dalamnya,
demikian pula halnya dengan kekristenan tanpa kristus. Kristen tanpa kristus
hanya akan mencetak agama tanpa Tuhan di dalamnya. Kristen tanpa kristus tak
lebih dari sebuah ritual keagamaan namun tidak ada kehadiran Tuhan. Kristen
tanpa kristus hanya akan mencetak “farisi-farisi” yang penuh dengan topeng dan
kemunafikan. Dari luar terlihat rohani, tapi apa yang ada di dalam penuh dengan
kebusukan dan kejahatan. Kristen tanpa kristus tidak aka nada kehidupan.
Kita
sering menyebut diri kita orang Kristen namun tidak benar-benar menjadikan
kristus sebagai Tuhan di dalam hidup kita. Kita menjadikan Kristus hanya
sebagai tokoh rohani yang penuh kasih, kebaikan, dan kemurahan hati. Kita
menjadikan kekristenan sebagai symbol agama saja. Sikap yang sangat keliru
dalam memandang kekristenan. Kristus harus tinggal di dalam kita. Inti dari
kekristenan adalah Kristus hidup dalam hidup kita, bukan agama, bukan ritual,
bukan juga ilmu ketuhanan. Kristus harus jadi pusat untuk hidup kita.
Kekristenan tanpa Kristus seperti balon tanpa udara. Sia-sia! Tidak ada
artinya!
Minggu, 10 Agustus 2014
niat mencari
Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat. (Lukas 15:7)
Beberapa waktu lalu, Alma, bocah berusia tujuh tahun hilang saat berada di kawasan monas. Selama empat hari ia tinggal bersama pedagang gorengan yang membawanya pulang ke rumahnya. Namun, akhirnya Alma berhasil ditemukan oleh seorang ibu yang baik hati. Sepulang kerja, ibu ini rela berputar-putar di kawasan Monas selama satu setengah jam. Kemudian, ia menemukan Alma, lalu membawanya ke kantor polisi. Karena kebaikan hati ibu itu, Alma dapat bertemu kembali dengan keluarganya.
Ada sebuah pelajaran menarik dari kisah ini. Kesungguhan hati untuk mencari anak yang hilang tadi patut diacungi jempol. Ibu ini mau menyediakan waktunya untuk mencari anak yang hilang di tengah keramaian. Niatnya begitu besar.
Demikian pula dengan pengajaran Yesus di dalam Lukas 15:1-7. Berperan sebagai Gembala yang baik, Tuhan ingin kita mencontoh Dia. Gembala yang baik memiliki hati yang lembut dan penuh kasih sehingga selalu menyediakan waktu untuk mencari satu dombanya yang hilang atau tersesat.
“Keramaian” dunia kerap kali membuat anak-anak Tuhan mudah tersesat. Sayangnya, banyak umat Kristen tak lagi berniat untuk menarik mereka kembali. Jika ibu di dalam kisah di atas saja mau menyediakan waktu untuk mencari seorang anak yang hilang, masa kita tidak ingin membawa pulang kembali mereka yang terhilang secara rohani? Carilah mereka karena akan ada sukacita di surga ketika ada satu jiwa bertobat—YQ
Ada sebuah pelajaran menarik dari kisah ini. Kesungguhan hati untuk mencari anak yang hilang tadi patut diacungi jempol. Ibu ini mau menyediakan waktunya untuk mencari anak yang hilang di tengah keramaian. Niatnya begitu besar.
Demikian pula dengan pengajaran Yesus di dalam Lukas 15:1-7. Berperan sebagai Gembala yang baik, Tuhan ingin kita mencontoh Dia. Gembala yang baik memiliki hati yang lembut dan penuh kasih sehingga selalu menyediakan waktu untuk mencari satu dombanya yang hilang atau tersesat.
“Keramaian” dunia kerap kali membuat anak-anak Tuhan mudah tersesat. Sayangnya, banyak umat Kristen tak lagi berniat untuk menarik mereka kembali. Jika ibu di dalam kisah di atas saja mau menyediakan waktu untuk mencari seorang anak yang hilang, masa kita tidak ingin membawa pulang kembali mereka yang terhilang secara rohani? Carilah mereka karena akan ada sukacita di surga ketika ada satu jiwa bertobat—YQ
DI TENGAH “KERAMAIAN DUNIA” YANG MENYESATKAN
SEDIAKAN WAKTU UNTUK MENARIK MEREKA YANG TERSESAT
Jumat, 08 Agustus 2014
ketulusan
Tinggal Dalam Ketulusan
Orang yang tulus dalam menyatakan kebenaran selalu mencari jalan bagi keselamatan sesamanya. Keterusterangan Amos dalam menyampaikan hukuman Tuhan didasari oleh ketulusan hati untuk melihat bangsanya merespon Firman Tuhan dan mengambil langkah untuk bertobat. Sama sekali tidak tersirat usaha untuk menghancurkan masa depan Israel. Justru Amos memohon dengan sangat agar Tuhan memberikan pengampunan terhadap bangsanya (1-6). Amos sangat berharap bangsanya bertobat sebelum tiba waktu Tuhan untuk menghukum mereka yang berjalan di dalam kegelapan dan bukan di dalam terang! Mari kita belajar menerima pengajaran yang benar dan disampaikan dengan tulus supaya kita terbukti lurus, tidak bengkok dan menyimpang dari kebenaran (7).
Orang yang tidak tulus dalam memberitakan kebenaran hanya mau menyelamatkan diri dan kedudukannya belaka. Berbeda dengan Amos, imam Amazia jelas bukan mengabdi pada Tuhan tapi pada "tuan" yaitu raja (10) demi mempertahankan posisi sebagai imam kerajaan (13). Dari komentar terhadap Amos, jelas terlihat bahwa Amazia menghubungkan pelayanan bernubuat dengan usaha menghidupi diri (12). Marilah sebagai pelayan Tuhan kita bertekad untuk memberitakan kebenaran sebagai wujud pelayanan yang tulus kepada Tuhan. Jauhkan diri dari sikap pamrih yang melihat pelayanan sebagai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau bahkan mempertahankan posisi tertentu dengan sekuat tenaga!
Mazmur 7:11
"Perisai bagiku adalah Allah yang menyelamatkanorang-orang yang tulus hati."
Kamis, 07 Agustus 2014
BERSYUKURLAH !
1 Tesalonika 5:18
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
Ada seorang anak yang sering
banget ngeluh mulai dari hal yang kecil sampe hal yang besar. Sampai
suatu ketika suatu masalah menimpa dia, kecelakaan itu menyebabkan dia
harus kehilangan jempol kaki sebelah kirinya. Hal itu menyebabkan dia
semakin menjauh dari Tuhan dan berpikir kalo Tuhan adalah penyebab itu
semua.
Pada umumnya orang-orang berpikir jika bersyukur itu tidak ada
gunanya, apa pantas kita bersyukur jika hal tersebut menimpa kita?
Jawabannya Ya. Kenapa? Karena semenjak kecelakaan itu, papa dan mamanya
yang telah jarang bertemu pun menjadi semakin sering bertemu dan
berjanji untuk selalu menjaga anaknya serta membimbing anaknya itu.
Dibalik sebuah kecelakaan, ada sesuatu yang indah yang telah disediakan Tuhan. Percayalah bahwa dia tak akan membiarkan kita sampai jatuh terantuk ke batu. Tapi, agar kita dapat merasakan berkatnya itu, terlebih dahulu kita harus mengucap syukur bukan malah menghitung permasalahan yang ada. Karena berkat Tuhan yang diberikan kepada kita itu sungguh tiada ternilai harganya dan tiada terhitung jumlahnya. Bersyukurlah, bersyukurlah dan bersyukurlah senantiasa.
Rabu, 06 Agustus 2014
Berdoa Kok Terpaksa
Yakobus 2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang
mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena
itu Abraham disebut: “Sahabat Allah”
Ketika
kita bertemu dengan kawan karib, kita bisa menghabiskan berjam-jam ngobrol.
Tidak pernah sedikit-sedikit liat jam untuk menghitung sudah berapa lama ngobrol
dengan sahabat kita itu. Gak pernah kekurangan kata-kata dan gak pernah mati
gaya saat ngobrol. Yaa, pasti kita sangat menikmati waktu-waktu itu. Beda
cerita jika kita harus ngobrol karena ditugasi untuk menemui tamu penting.
Ngobrol gak jelas dan pasti sering mati gaya. Sedikit-sedikit liat jam mengeluh
kapan “tugas ngobrol” ini selesai. Pasti kita tersiksa jika kita harus
mengobrol karena basa basi, formalitas, dan karena sebuah tugas.
Ketika
merenungkan hal sederhana tersebut, kita bisa membayangkan betapa sedihnya
Tuhan jika doa kita tidak lahir dari hati yang rindu dan haus akan hadirat-Nya.
Doa seharusnya merupakan waktu yang indah dan menyenangkan bersama Tuhan, bukan
saat yang membosankan. Doa seharusnya seperti dua orang sahabat karib yang
menikmati kebersamaan mereka. Bukan karena “tugas” sebagai orang Kristen. Bukan
seperti prajurit yang “wajib lapor” kepada komandannya.
Mintalah
karunia Tuhan agar kita dapat menikmati waktu-waktu doa kita. Apakah kita tidak
menginginkan jam-jam doa kita seperti Abraham yang terlihat begitu karibnya
dengan Tuhan. Tak heran kalau Tuhan menyebutnya sebagai sahabat-Nya. Jam-jam
doa kita seperti Daud, doa yang penuh gairah dan penuh kehausan untuk menikmati
hadirat-Nya. Semua itu bisa kita lakukan disaat doa kita terlahir dari hati.
Doa yang bukan karena keterpaksaan tapi karena sebuah kerinduan.
Selasa, 05 Agustus 2014
Iri
Dalam sebuah UAS (Ujian Akhir Semester), semua mahasiswa terlihat tegang. Soal yang mereka hadapi nampaknya begitu sulit. Tak lama kemudian, ketegangan yang sunyi itu berubah menjadi bisikan pertukaran pertanyaan dan jawaban. Seorang mahasiswi yang terkenal jujur pun ikut dalam pertukaran itu. Beberapa minggu berselang, hasil ujian keluar. Mahasiswi itu ternyata mendapat nilai “A”. Beberapa teman yang tetap jujur selama ujian justru mendapat nilai yang lebih rendah. Tak pelak, ia mendapat komentar sinis, seperti, "Huh, emang dunia ini ga adil ya!". Si mahasisiwi diam, malu dan sedikit senang.
Selama kita masih berada didunia ini, kita akan selalu bertemu dengan ketidakadilan-ketidakadilan. Tapi anehnya, mereka yang melakukan hal-hal itu nampaknya baik-baik saja, bahkan sukses. Lantas apa yang harus menjadi sikap kita? Marah karena ketidakadilan? Atau malah ikut melibatkan diri?
Teeners, Bapa kita yang diSorga melihat semua hal itu. Ia tahu bahwa kita yang mau mempertahankan hidup jujur mengalami tantangan yang berat. Ia juga tahu bahwa mereka yang berbuat curang pun sering mengalami hal-hal yang menguntungkan. Namun, semua itu akan ada akhirnya. Mengapa karena Ia adalah hakim yang adil, yang membalas setiap perbuatan sesuai dengan ganjarannya. KeadilanN-ya akan dijalankan entah di muka bumi ini atau nanti di kekekalan. Karena itu ga usah iri sama orang yang berbuat curang dan ga usah nyesel udah berlaku jujur, justru bersyukurlah karena sudah mempertahankan hidup yang bersih dihadapan Tuhan.
Selama kita masih berada didunia ini, kita akan selalu bertemu dengan ketidakadilan-ketidakadilan. Tapi anehnya, mereka yang melakukan hal-hal itu nampaknya baik-baik saja, bahkan sukses. Lantas apa yang harus menjadi sikap kita? Marah karena ketidakadilan? Atau malah ikut melibatkan diri?
Teeners, Bapa kita yang diSorga melihat semua hal itu. Ia tahu bahwa kita yang mau mempertahankan hidup jujur mengalami tantangan yang berat. Ia juga tahu bahwa mereka yang berbuat curang pun sering mengalami hal-hal yang menguntungkan. Namun, semua itu akan ada akhirnya. Mengapa karena Ia adalah hakim yang adil, yang membalas setiap perbuatan sesuai dengan ganjarannya. KeadilanN-ya akan dijalankan entah di muka bumi ini atau nanti di kekekalan. Karena itu ga usah iri sama orang yang berbuat curang dan ga usah nyesel udah berlaku jujur, justru bersyukurlah karena sudah mempertahankan hidup yang bersih dihadapan Tuhan.
“Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangam iri hati kepada orang yang berbuat curang”
(Mazmur 37:1)
Senin, 04 Agustus 2014
Yang Paling Terbaik!
Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan
apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan
damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan.”
Hidup dalam Tuhan itu sungguh indah. Semua rancanganNya
tidak pernah mendatangkan kecelakaan, semua rancanganNya sungguh ajaib dan luar
biasa. Namun sekarang ini banyak sekali anak-anak Tuhan yang jauh dari Tuhan,
hidup menurut daging dan tidak mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.
Iya, bergaul itu perlu namun jangan sampai pergaulan kita merusak hubungan kita
dengan Bapa kita di sorga. Bangunlah hubungan yang baik dengan Tuhan Yesus,
ketika kita memiliki hubungan yang sangat erat dengan Tuhan, senantiasa Tuhan
akan selalu ada untuk kita, Tuhan selalu menjaga kita bahkan memberikan segala
yang paling terbaik untuk hidup kita.
Tidak jarang juga banyak anak-anak Tuhan yang masih
dihantui rasa kuatir, rasa takut akan masa depannya. Besok mau jadi apa? Kerja dimana?
Biaya kuliah gimana? Biaya kebutuhan dan keperluan gimana? Yaaa, masih banyak
yang takut dan kuatir akan itu semua. Namun satu hal yang harus kita ingat,
bahwa anak-anakNya tidak pernah dibiarkanNya. Tuhan sudah merancangkan masa
depan yang penuh pengharapan buat setiap anak yang takut akan Dia. Bahkan Tuhan
Yesus jauuuuh lebih tau apa yang baik untuk kita, apa yang kita butuh dan
perlukan melebihi kita tau diri kita sendiri.
Ikuti saja scenario indah Tuhan dalam hidup kita. Terus bangun
hubungan mesra dengan Tuhan. Percaya dan terus percaya bahwa masa depan kita
ada dalam tanganNya. RancanganNya bukan rancangan kecelakaan namun rancangan
damai sejahtera. Apapun yang kita hadapi saat ini, apapun persoalan kita,
jangan sungkan untuk datang dan mengungkapkan semua pada Tuhan. Tuhan selalu
melihat kedalaman hati kita, Dia selalu memberikan yang paling terbaik! Ingat,
yang paling terbaik!
Jumat, 01 Agustus 2014
Back to Jesus
- Kembali pada yesus.
arena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1)
Dalam kehidupan ini kita pun akan banyak berhadapan dengan berbagai arus berbahaya. Betapa seringnya kita melihat atau mendengar orang-orang yang tadinya baik lalu berubah menjadi sesat karena terbawa pengaruh yang salah dari lingkungan pergaulan mereka. Kejatuhan anak-anak Tuhan seringkali terjadi bukan karena mereka sendiri ingin berbuat dosa, tetapi justru karena hanyut di bawa arus. Di akhir zaman seperti sekarang ini, berbagai arus penyesatan bisa tampil dari segala arah. Dari pertemanan, lingkungan, berbagai media seperti bacaan, televisi, internet, lagu-lagu dan sebagainya. Dan parahnya, seringkali arus penyesatan ini hadir samar-samar, tidak terlihat kasat mata sehingga kita tidak sadar ketika mulai terseret masuk di dalamnya. Jika kita membiarkan diri kita terus hanyut terseret arus seperti ini maka pada suatu ketika di saat kita sadar, bisa jadi kita sudah sulit melepaskan diri lagi. Maka banyak korban yang akan jatuh akibat terseret arus dalam kehidupan seperti ini, di mana banyak di antaranya adalah anak-anak Tuhan yang tadinya hidup kudus dan taat.
Firman Tuhan mengingatkan benar akan hal ini. "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Hanyut terbawa arus sudah merupakan masalah yang dihadapi manusia sejak jaman dahulu sampai sekarang. Ketika kita lemah, maka akan sangat mudah bagi kita untuk terhanyut dalam berbagai kesesatan. Dan Alkitab mengingatkan kita agar terus berhati-hati terhadap kemungkinan seperti ini. Salah satu caranya adalah dengan benar-benar memperhatikan dengan teliti dan seksama akan segala sesuatu yang kita dengar, memiliki kemampuan memilah-milah mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, mana yang harus diterima dan ditolak dan sebagainya.
Seperti yang saya sebutkan di atas, ada banyak arus dalam dunia yang berpotensi menghancurkan kita. Dan Alkitab pun banyak mengingatkan akan hal ini. Arus penyesatan bisa timbul dari pertemanan yang salah. Hal seperti ini sudah sering kita lihat, bahkan mungkin sudah kita alami sendiri. Dan Tuhan mengingatkan "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut" (Amsal 1:10). Sesungguhnya ini pesan yang penting yang dihadirkan lewat Salomo. Sebagai orang paling berhikmat tentu ia sudah melihat adanya kecenderungan manusia untuk terjebak pada bujuk rayu orang lain. Salomo melanjutkan "Hai anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka." (ay 15). Kaki orang berdosa digambarkan sedang "lari menuju kejahatan dan bergegas-gegas untuk menumpahkan darah" (ay 16), dan dengan demikian "mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri." (ay 18). Terseret arus seperti ini akan membawa kita masuk ke dalam situasi yang sama pula. Itulah sebabnya kita diingatkan untuk tidak terjebak dan terseret dalam arus ini.
Selain dari lingkungan pertemanan, Alkitab pun mengingatkan kita agar waspada terhadap nabi-nabi palsu dengan ajaran-ajaran mereka yang sesat. Ini adalah arus kesesatan lain yang seringkali dikemas sedemikian rupa sehingga terlihat seolah-olah baik, seolah-olah sejalan dengan firman Tuhan padahal orientasi atau dasarnya sangatlah jauh. Tuhan Yesus sendiri sudah mengingatkan kita akan hal ini. "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas." (Matius 7:15). Mereka bisa tampil seperti lurus dengan kemasan-kemasan yang mampu memperdaya kita. Ada begitu banyak ajaran berorientasi kepada kemakmuran, kesukesan, keberhasilan dan sebagainya yang terlihat seolah-olah benar namun semua itu ternyata bertentangan dengan Firman Tuhan. Terhadap hal seperti ini kita haruslah berhati-hati. Yesus pun memberikan cara bagaimana kita bisa membedakannya. "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (ay 16a).
Tidak hanya itu saja, sebenarnya ada banyak arus-arus lain yang bisa datang dari segala arah dan siap menghanyutkan kita. Berbagai arus ini siap menjanjikan banyak hal yang sepertinya membahagiakan dan nikmat, tetapi sebenarnya sedang mengarahkan manusia untuk lenyap dalam kenikmatannya. Hal ini sudah diingatkan oleh Yohanes. "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Dunia akan cenderung mengarah kepada arus-arus seperti ini, tetapi bagi kita anak-anak Tuhan sudah diingatkan dengan jelas agar tidak ikut-ikutan terbawa arus. Sebuah firman Tuhan yang sudah sangat kita kenal wajib untuk kita ingat. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)
Lewat Petrus Tuhan menasihatkan "Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh." (2 Petrus 3:17). Kita wajib waspada, karena kelemahan-kelemahan kita akan selalu siap untuk dimanfaatkan oleh si jahat untuk menyesatkan kita lewat berbagai arus penyesatan baik yang terlihat kasat mata maupun yang dikemas secara rapi. Apa yang harus kita lakukan bisa kita baca dalam ayat berikutnya. "Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya." (ay 18). Jangan bermain-main dengan arus penyesatan seperti apapun.
Berhati-hatilah terhadap arus-arus yang siap menghanyutkan kita hingga binasa. Biasakan diri untuk teliti terhadap segala sesuatu yang kita dengar dan lihat agar kita terhindar dari bahaya seperti ini.
Kamis, 31 Juli 2014
Hari Esok yang Lebih Baik
Matius 6:34 “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari
besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sendiri”
Ada seorang gadis yang bekerja sebagai penjual Koran. Setiap
harinya, dia menjual Koran demi Koran hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Suatu hari saat matahari sangat begitu teriknya pun, korannya tidak habis
terjual. Dia berpikir untuk tidak membeli nasi untuk makanan tetapi hanya
membeli sebuah permen karet untuk
menahan rasa laparnya seharian penuh padahal dia sudah sangat merasa lelah
dibawah teriknya sinar matahari. Menurutnya jika ia membeli nasi maka uang
tersebut akan habis dan dia juga takut jika besok korannya tidak akan laku sama
seperti hari ini maka ia tidak dapat membeli makanan. Dia menahan rasa lapar
itu sampai akhirnya dia merasa sangat lemah dan tak berdaya. Keesokan harinya
sebelum dia berangkat untuk menjual korannya dia berdoa agar korannya semua
laku terjual dan agar dia di berikan kekuatan untuk menjual korannya sampai
habis, alhasil sebelum jam 12 semua korannya laku terjual dan dia merasa sangat
bahagia karena hari ini dia dapat membeli sebungkus nasi. Semenjak hari itu,
setiap dia menjual korannya dia selalu merasa bersyukur dan membeli makanan
untuk keperluannya serta menyisahkan sedikit saja untuk keperluan besok karena
dia tahu bahwa Tuhan selalu menyediakan apa yang ia perlukan untuk hari esok(
matius 6:8).
Kita dapat mengambil sisi positif dari cerita gadis tersebut
bahwa Allah kita adalah Allah yang sangat baik yang selalu mengasihi dan
memperhatikan setiap langkah dari anakNya. Dia tidak akan membiarkan kita
berjalan sendiri, Dia tidak mungkin membiarkan anakNya mati kelaparan begitu
saja karena Dia akan membukakan jalan bagi orang yang mengasihiNya. Maka, kita
tidak perlu khawatir akan apa yang terjadi esok hari karena percayalah Tuhan
akan selalu melindungi dan menuntun langkah kita.
Langganan:
Postingan (Atom)