@thebiblesay

Rabu, 10 September 2014

Langkah Demi Langkah

2 Korintus 5:7 “Karena hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”

                Ketika mengajari seorang anak balita berjalan, kita tidak akan memintanya berjalan hingga ratusan meter atau beberapa kilometer layaknya atlet lari. Kita juga tidak akan memegang stopwatch, mengukur seberapa cepat ia berjalan. Bisa berjalan tanpa ditopang beberapa langkah saja sudah merupakan kegembiraan bagi kita dan satu prestasi bagi anak itu sendiri. Bagi balita yang sedang belajar berjalan, fokusnya adalah apa yang terjadi selama beberapa langkah kedepan. Jika belum-belum kita sudah menyuruh ia berpikir tentang kecepatan jalan, tentang perjalanan ke tempat-tempat jauh, tentang cara berjalan bak pragawati di catwalk, dll, mungkin si anak tidak akan berani berjalan.

                Sering kali, banyak orang terjebak dalam zona nyaman karena hal ini. Mereka tidak mau atau takut melangkah karena sudah buru-buru berpikir tentang begitu banyak hal. Apa yang rekan saya pikirkan jika saya tinggalkan kebiasaan dosa saya? Bagaimana saya bisa mendapat untung jika saya menolak uang pelican dari klien? Inilah yang membuat pemuda kaya dalam bacaan hari ini menolak mengikuti Yesus. Kekayaan adalah zona nyaman pemuda itu. Ketika Yesus “menantang” dia untuk keluar dari zona itu ia menolak. Alkitab memberi catatan alasannya, karena anak muda itu sangat kaya. “Tanpa hartaku, bagaimana aku hidup” mungkin itulah pikiran pemuda kaya itu. Ironis, mengikuti Tuhan yang memberi berkat dan kehidupan, yang membuat miskin dan membuat kaya, tapi takut tidak bisa hidup.

                Dalam bahasa inggris, kata “faith” memiliki 2 arti yaitu “iman” dan juga “kesetiaan”. Perjalanan iman tak selalu berupa satu lompatan. Perjalan iman sering kali harus kita tempuh langkah demi langkah. Langkah yang konsisten kita ambil lebih baik daripada satu lompatan besar tapi setelah itu berhenti. Itu sebabnya, 2 korintus 5:7 berkata “Karena hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”. Banyak orang berani melompat karena ia melihat dan menginginkan sesuatu. Namun, beranikah kita melangkah, bahkan melompat, dengan fokus hanya pada kasih Tuhan dan  bukan semata yang akan kita dapatkan nanti?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar