@thebiblesay

Senin, 02 Juli 2012

Anne, Bayi yang Hanya Hidup Selama 6 Jam

Ada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang aborsi, karena baginya aborsi adalah membunuh seorang bayi. Setelah bertahun-tahun berumah tangga, akhirnya sang istri hamil, pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka dan keluarga besar beserta teman-teman merasakan sukacita dengan mereka.
Dokter menemukan bahwa sang istri mengandung bayi kembar, seorang bayi laki-laki dan perempuan. Tapi setelah beberapa bulan, dokter menemukan bahwa bayi perempuan mereka mengalami kelainan, ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Kondisi bayi perempuan ini dapat mempengaruhi bayi laki-laki. Jadi dokter menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi sang ibu dan bayi laki- laki itu.
Fakta ini tentu mengguncang jiwa sang ibu, yang selama ini menentang aborsi. Baik dia maupun suaminya mengalami depresi. Tapi pasangan ini bersikeras tidak menggugurkan bayi perempuannya. Di lain sisi, mereka jadi kuatir akan kesehatan bayi laki-laki. Banyak orang yang memberikan dukungan moral kepada mereka.
Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan banyak dokter untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi mereka. Mereka temukan bahwa mereka tidak sendirian. Ada banyak pasangan lainnya yang mengalami situasi yang sama. Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi akan mampu bertahan hidup bila mereka mampu memperoleh organ dari bayi lainnya. Namun, siapa yagn mau mendonorkan organ bayinya kepada orang lain?
Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini sudah menamakan bayi mereka, Jeffrey dan Anne. Mereka terus bersujud kepada Tuhan. Pada mulanya, mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Tapi, mereka kemudian tahu, bahwa mereka harusnya memohon diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin Tuhan punya rencana-Nya sendiri.
Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam. Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya kepada bayi lainnya, karena ada 2 bayi yang sedang berjuang dan sekarat.
Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat. Pada momen yang sangat berharga itu, sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati. Anne menatap ayahnya dan tersenyum dengan manis. Senyuman yang tak akan dilupakan sang ayah. Tidak ada kata-kata yang mampu menggambarkan keadaan saat itu. Mereka tahu sudah mengambil keputusan yang tepat untuk tidak menggugurkan Anne.
Mereka juga sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja. Sungguh tidak ada kata-kata yang mewakili perasaan pasangan tersebut. Hanya air mata yang terus mengalir. Baik kakek, nenek, maupun kerabat keluarga diberi kesempatan untuk melihat Anne. Keajaiban terjadi lalu, Anne tetap bertahan setelah lewat 2 jam, memberikan kesempatan bagi keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan. Setelah 6 jam, Anne menghembuskan nafas terakhirnya.
Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan itu bahwa donor telah berhasil dilakukan kepada 2 bayi. Mereka berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut tahu itulah kehendak Tuhan. Walau Anne hanya hidup selama 6 jam, tapi dia telah menyelamatkan dua nyawa.
Tidak peduli sesingkat atau selama apa kita hidup, yang terpenting adalah apakah hidup kita memberi dampak buat orang lain. Saat kita mengikuti rencana Tuhan dalam hidup kita, kita pun dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Sumber : renungan-harian.com

Umat Kristen India Diserang, Satu Tewas

Kelompok ekstrimis yang mengatasnamakan agama kembali menyerang umat Protestan Vanagiri Menavar, di Nagapattinam India. Serangan yang terjadi pada 23 Juni tersebut mengakibatkan satu orang tewas, belasan luka berikut dengan penjarahan dan pembakaran rumah. Serangan ini merupakan yang kelima kali selama 2012. sebelumnya pada April lalu terjadi tiga serangan intimidasi beruntun yang menerpa umat Kristen.
Kelompok tersebut adalah Bharathia Janatha Party (BJP) dan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) yang telah merencanakan dan menjalankan gerakan untuk melakukan intimidasi terhadap umat Protestan di Vanagiri. Disana mereka menduduki sebuah desa dan menahan umat yang ingin melaksanakan ibadah. Untuk menghindari bentrokan lebih lanjut, pihak keamanan mengadakan pertemuan dari kedua belah pihak untuk rekonsiliasi.
Namun pertemuan ini gagal meyakinkan kelompok tidak bertanggungjawab tersebut untuk segera meninggalkan desa tersebut. Bahkan pada malam harinya mereka kemblai mendatangi rumah warga setempat dan melakukan penyerangan terhadap keluarga Kristen menggunakan pedang dan tongkat. Melakukan penjarahan, pembakaran dan mengusir setiap umat Kristen disana.
Kasus penyerangan ini telah dilaporkan oleh beberapa keluarga dari umat Kristen kepada aparat yang berwenang, namun tidak ada respons dan tindakan lebih lanjut dari pihak yang berwenang. Pemerintah setempat pun seakan tidak mau peduli dengan kejadian serius yang jika didiamkan ini akan membuat bara permusuhan antar kelompok terjadi disana.
Umat Kristen India adalah salah satu dari sekian banyak umat lainnya yang mengalami tindak intimidasi, kekerasan dan penganiayaan dari kelompok yang mengatasnamakan agama. Ketika negara lain ingin membantu keadaan agar cepat pulih, justru pemerintah setempat yang tidak mengurusi masalah ini malah menuduh hal tersebut sebagai bentuk intervensi dan pelanggaran. Hanya kekuatan doa, suara dan gerakan dari kita saja dapat membuat perubahan terjadi disetiap negara di Asia.


Sumber : asianews


Pemerintah Vietnam Hancurkan Dua Gedung Gereja Baru

Pejabat Vietnam di Distrik Muong Cha, Provinsi Dien Bien, bulan ini menghancurkan dua bangunan gereja baru etnis minoritas Kristen Hmong dan mengancam akan meruntuhkan yang ketiga.
Ho He Church, yang didirikan pada bulan April oleh Good News Mission dihancurkan pihak penguasa pada 17 Juni lalu. Sebelumnya, Phan Ho Church yang berafiliasi dengan Gereja Injili Vietnam (Utara) dihancurkan pada 13 Juni 2012. Sementara  Cong Church, yang juga diketahui merupakan bagian dari Good News Mission diancam akan dihancurkan dalam waktu dekat.
Ho He Church dan Phan Ho Church ada di tengah-tengah etnis Hmong diawali dari gereja rumah. Dalam kurang waktu yang terbilang sebentar jumlah jemaat keduanya sudah mencapai 500 sampai 600 orang. Oleh sebab itulah, orang-orang Hmong secara bersama-sama bekerja mendirikan bangunan dari kayu (permanen) untuk beribadah mereka.
Namun, mengetahui hal ini, pemerintah Muong Cha memerintahkan polisi setempat dan pasukan militer serta pihak terkait untuk membongkar tempat yang didirikan tersebut. Salah seorang sumber Compass Direct menyatakan puluhan jemaat hanya terdiam menahan sedih ketika menyaksikan aksi itu berlangsung.  
Lebih lanjut, ia mengatakan insiden di Muong Cha menunjukkan disfungsi rezim pendaftaran gereja pemerintah. Untuk diketahui, peraturan baru tentang pendaftaran gereja sudah diumumkan pada 2004 dan 2005 oleh pihak otoritas setempat. Kebijakan ini keluar sebagai bagian kebebasan beragama dan perubahan citra pemerintah Vietnam yang dulunya anti agama menjadi toleran dengan agama-agama.
Khusus agama Kristen Protestan, pemerintah Vietnam membuat sebuah pedoman tersendiri yang mereka sebut Petunjuk Spesial No 1 Perdana Menteri. Di dalam pedoman itu dinyatakan bahwa pemerintah berjanji mempercepat pendaftaran jemaat-jemaat/gereja-gereja Protestan setempat dengan maksud agar kegiatan keagamaan dapat segera dilakukan oleh jemaat-jemaat/gereja-gereja Protestan setempat tersebut.
Sejak undang-undang ini muncul, sembilan denominasi Protestan telah menerima pengakuan hukum. Namun, berjalannya waktu lebih dari setengah kelompok Protestan Vietnam tetap saja tidak dapat terdaftar.
Adapun alasan pemerintah menolak aplikasi kelompok-kelompok Protestan ini antara lain karena gereja yang didaftarkan merupakan gereja ilegal dan tidak adanya orang Kristen lagi selain mereka yang tinggal di situ.
Orang-orang yang tidak menyukai Kekristenan selalu mencari cara bagaimana melenyapkan Kekristenan, tetapi sejarah sudah membuktikan disaat Kekristenan hendak dihilangkan justru perkembangannya semakin pesat dan menjalar ke berbagai wilayah lain.
Inilah yang akan terjadi di Muong Cha, Vietnam. Ketika pihak-pihak tertentu mencoba menekan dengan mengadakan pembongkaran-pembongkaran gedung gereja, penduduk etnis Hmong disana akan semakin setia kepada Tuhan dan memberitakan kabar baik kepada tidak hanya kepada etnisnya, tetapi juga etnis-etnis lain yang ada di daerah itu.

Gereja Kenya Diserang Granat, 17 Tewas

Umat Kristen Kenya kembali berduka. Dua gereja di kota Garissa, Kenya, dekat perbatasan Somalia diserang granat pada Minggu (1/7). Selain granat, sekelompok orang bertopeng yang menyerang gereja tersebut juga menghujani peluru. 17 Orang tewas dan puluhan lainnya luka berat pada insiden tersebut.
Menurut Kepala Kepolisian Kenya Philip Ndolo, insiden yang terjadi di gereja katolik dan gereja Inland Afrika itu terjadi pukul 10.00 waktu setempat. Tujuh orang penyerang melemparkan granat ke dalam gereja sambil menghujani tembakan.
Sebagian besar korban tewas adalah jemaat Gereja Inland Afrika, termasuk dua polisi yang tengah bertugas. “Kami mengutuk keras serangan ini. Polisi Kenya berharap masyarakat memberikan informasi agar polisi bisa menangkap para pelaku,” ujar Ndolo seperti dikutip dari CNN.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan ini, namun polisi setempat mencurigai simpatisan Al-Shabaab sebagai dalangnya. Dugaan ini menyusul situasi wilayah perbatasan Kenya dan Somalia yang kerap memanas sejak Kenya mengirim pasukannya ke Somalia. Operasi militer tersebut dilakukan Kenya untuk mengatasi Al-Shabab yang kerap berupaya untuk menggulingkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang menguasai sejumlah wilayah di Mogandishu.
Peristiwa kedukaan adalah salah satu hal yang tidak bisa lepas dari hidup manusia. Kapan saja kematian bisa datang menjemput, termasuk ketika kita sedang beribadah kepada Tuhan. Namun demikian, jika kita memiliki fokus kepada Tuhan maka kita akan memiliki sikap hati seperti Paulus. Dimana dengan iman dia berani berkata, bahwa hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21).

Sumber : berbagaisumber