@thebiblesay

Kamis, 12 Maret 2015

PRESTASI TERBESAR

Bacaan: Yohanes 21:15-19
Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. (Yohanes 21:17)

Martina Hingis, menjadi juara tenis di usia muda. Pada masanya, ia menjuarai berbagai turnamen dan menjadi petenis peringkat satu dunia. Namun, pada sebuah pertandingan ia mengalami cedera serius yang memaksanya berhenti dari tenis untuk waktu yang lama. Peringkatnya terus melorot. Ia sempat terpuruk dan berencana pensiun. Namun, orang-orang tetap mendukungnya hingga usahanya membuahkan hasil. "Inilah prestasi terbaikku. Bukan saat aku menjadi nomor satu, tetapi saat aku bisa mengalahkan keterpurukanku, " katanya.

Dugaan bahwa Petrus mengalami depresi hebat setelah ia mengkhianati Yesus, Gurunya, sangatlah masuk akal. Ia merasa gagal dan bahkan memutuskan untuk meninggalkan status sebagai murid dan kembali ke pekerjaan lamanya, sebagai nelayan.

Kita tidak tahu apa saja yang menggelayut di pikirannya sepanjang masa-masa itu. Namun, perjumpaannya dengan Yesus telah membangkitkan semangatnya kembali untuk melayani Tuhan. Tantangan dan penugasan baru yang ia terima dari Tuhan Yesus membuatnya bersemangat. Prestasi terbesarnya adalah dengan menghargai kesempatan kedua yang Tuhan berikan, bangkit dari keterpurukan dan melayani Dia dengan cara yang hebat.

Keterpurukan bukanlah akhir perjalanan hidup kita. Melaluinya, justru kuasa Tuhan lebih leluasa bekerja. Tuhan memberikan kesempatan kedua dan kesempatan-kesempatan lain untuk kita bangkit. Mengandalkan dorongan semangat dari-Nya, itulah pencapaian terbaik kita, bukan terus terpuruk dan mengasihani diri.

Pesannya :  PRESTASI TERBESAR DALAM HIDUP ADALAH:
DAPAT BANGKIT DARI KETERPURUKAN AKIBAT KEGAGALAN.

Rabu, 11 Maret 2015

YANG DIBUANG JOHN SUNG

Bacaan: Yohanes 7:14-24
Siapa saja yang berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi siapa saja yang mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya. (Yohanes 7:18)

Pada usia 12 tahun, John Sung sudah dikenal sebagai pendeta cilik yang pandai berkhotbah. Namun, ia sulit mengendalikan amarah karena kesombongannya. Ketika berkuliah di Amerika, kepandaiannya yang menonjol membuatnya meraih penghargaan demi penghargaan. Ia bertekad untuk melayani sebagai pendeta sekembali dari Amerika. Dalam perjalanan naik kapal kembali ke Tiongkok, ia menyadari, berbagai penghargaan itu dapat menggodanya untuk memegahkan diri. Ia lalu membuang medali dan penghargaannya ke laut, hanya menyisakan ijazah doktor untuk menyenangkan ayahnya.

Berlawanan dengan John Sung, orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus gemar dihargai dan dipuji (lihat Yoh 5:44). Yesus mengecam sikap ini. Mereka dipenuhi rasa iri karena Yesus jauh lebih populer dan berkuasa. Hati mereka pun menjadi buta akan kebenaran, teralang untuk mengenal Yesus sebagai sang Mesias. Sering mereka mencari-cari alasan untuk membenarkan diri (ay. 20). Bahkan mereka berusaha mengalangi orang lain ditolong dan disembuhkan Yesus (ay. 23). Tidak tanggung-tanggung pula, mereka ingin me lenyapkan dan membunuh Yesus (ay. 19).

Kita sepatutnya belajar pada John Sung. Kebanggaan terhadap diri tidak boleh membuat kita lebih dihormati ketimbang Tuhan. Bila ada kesempatan berbicara, hendaknya kata-kata kita diarahkan untuk memuji dan membesarkan nama Tuhan. Seharusnya orang lebih mengenal nama Tuhan dibanding kehebatan kita. Dengan demikian, kita pun tidak akan mudah tersinggung, mendengki, atau membenci orang lain.

Pesannya : Menghormati Tuhan berarti  rela diri sendiri tidak di hormati,
Asalkan nama Tuhan di muliakan dan di puji.

Jumat, 06 Maret 2015

SIAPA GEMBALAKU?

Bacaan: Mazmur 23 TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (Mazmur 23:1)

Robert Mitchell menulis tentang dampak televisi, yang "menggembalakan" banyak orang kristiani. Mengikuti Mazmur 23, ia menulis: "1. TV adalah gembalaku, takkan bertumbuh kerohanianku. Ia membuatku terus duduk tanpa melakukan apa-apa bagi-Nya. 2. TV menyita seluruh waktu luangku hingga aku tak bisa memenuhi tanggung jawabku sebagai orang kristiani. Ia menawarkan banyak program menarik yang harus kutonton; segala pengetahuan tentang dunia ini. 3. Ia membuatku tak punya waktu untuk menyelidiki Alkitab. Ia menuntun aku menjauhi ibadah dan membaringkan aku hingga tak bisa berbuat apa-apa bagi Kerajaan Allah. 4. Sekalipun aku hidup hingga seratus tahun, aku akan terus menontonnya. Ia teman terdekatku; suara dan gambarnya, itulah yang menghibur aku. 5. Ia menyediakan hiburan bagiku dan mengalangiku untuk melakukan hal-hal penting bersama keluargaku. Ia mengisi kepalaku dengan ide-ide yang berlawanan dengan kehendak Allah. 6. Oleh banyaknya waktu terbuang menonton TV, aku kehilangan banyak hal, seumur hidupku." Siapa yang lebih banyak menggembalakan kita? Adakah sesuatu selain Tuhan yang begitu menyita waktu hingga kita tak sempat bersekutu dengan Tuhan dan mendengar suara-Nya? Adakah sesuatu yang begitu menyita perhatian hingga kita tak lagi dapat melakukan sesuatu bagi keluarga dan Kerajaan Allah? Ayo kembali kepada penggembalaan Tuhan, Pemelihara jiwa kita. Gembala yang lain hanya akan menyesatkan. Dan, nyanyikan lagi mazmur Daud yang sesungguhnya... Tuhanlah Gembalaku.

Pesannya :  BANYAK GEMBALA PALSU MENCOBA MENARIK PERHATIANKU, NAMUN HANYA TUHAN YANG SANGGUP MEMBUAT HIDUPKU PENUH.

Jumat, 27 Februari 2015

DIPEGANG TUHAN

Bacaan: Yesaya 41:8-20 Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. (Yesaya 41:10)

Saat Sekolah Minggu, guru memberikan tugas kepada anak-anak untuk mewarnai gambar. Seorang anak berumur kurang dari tiga tahun tampaknya belum mengerti apa yang harus dilakukan dengan gambar itu. Secara spontan saya mendekati anak itu dan memberinya sebuah pensil warna. Lalu saya pegang tangannya dan menuntunnya untuk mewarnai gambar itu. Terkadang ia tampak jenuh, tetapi setelah itu, terlihat wajah sukacita pada anak itu saat melihat bahwa akhirnya ia mampu menyelesaikan gambarnya. Pengalaman masa pembuangan sungguh-sungguh membuat bangsa Israel menderita sekaligus menempa iman mereka. Masa di mana Allah juga memberikan janji peneguhan-Nya, dan meminta umat Israel untuk tidak bimbang karena Pribadi Allah yang akan membebaskan mereka pada saatnya nanti. Dia sumber penolong, Dia memberikan tangan kanan-Nya. Tangan kanan menunjukkan kuasa dan otoritas Allah. Bangsa-bangsa lain akan mengenal pula siapa Allah Israel. Pengalaman itu menolong saya memahami janji Tuhan dalam kitab Yesaya. Ketika Tuhan memegang tangan saya, saya belajar bahwa Dia adalah Tuhan yang menuntun langkah kita. Ada saat-saat ketika kita begitu lelah untuk melewati persoalan hidup, tetapi Dia ingin agar kita taat untuk terus hidup dalam tuntunan-Nya dan memberi kita kemenangan. Seperti saya sangat bersukacita melihat anak kecil itu bersukacita, terlebih Tuhan kita! Dia sangat bersukacita tatkala kita mampu melewati setiap persoalan dalam tuntunan tangan kanan-Nya.

Pesannya :  HIDUP DALAM PEGANGAN TANGAN TUHAN ADALAH HIDUP PENUH KEMENANGAN.

Kamis, 26 Februari 2015

CINTA SEJATI

Bacaan: Matius 1:18-25 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (Matius 1:19)

Taylor Morris menginjak pemantik alat peledak sehingga kehilangan kedua kaki dan lengannya. Danielle Kelly, tunangannya, tetap setia kepada Morris dan mau menjadi istrinya. Dengan sabar ia merawat Morris. Di tengah dunia yang makin dipenuhi cinta semu, dan meninggalkan orang dengan penderitaan demikian, Kelly memilih tindakan ekstrem, yaitu terus mencintai Morris. Cinta ekstrem Kelly tecermin dalam foto-foto yang diunggah di internet dan menarik perhatian 2, 6 juta orang. Bisa dikatakan inilah cinta sejati. Cinta sejati Yusuf tidak sekadar menarik perhatian orang, tetapi juga memberi dampak pada umat manusia. Yusuf begitu mencintai Tuhan dan Maria. Cinta Yusuf pada Maria terbukti saat Maria hamil dan Yusuf tidak mau menuntutnya menurut hukum Yahudi yang berlaku. Ia menutupinya dan mau menceraikan Maria diam-diam. Cinta Yusuf pada Tuhan terbukti dengan caranya menyikapi kehamilan Maria, ketaatannya saat Tuhan memerintahkan memperistri Maria, dan kerelaannya membayar harga, antara lain menghadapi tuduhan amoral dari masyarakat dan tidak bersetubuh dengan Maria. Cinta yang besar pada Tuhan akan memampukan kita taat menjalani rencana dan kehendak-Nya dengan tulus dan sepenuh hati. Sebagaimana Yusuf, yang akhirnya menjadi sarana, bersama dengan Maria, bagi kelahiran Yesus. Cinta kepada Tuhan akan memampukan kita untuk mencintai orang lain-pasangan, orangtua, anak-anak, tetangga, dan sebagainya. Sudahkah kita bertekad untuk mencintai dengan cinta sejati dari Tuhan?

Pesannya :  CINTA YANG MENGUBAH DUNIA ADALAH CINTA YANG MELAMPAUI STANDAR DUNIA.

Yesus kebangkitan yg hidup

Ev. Yohanes 11: 25 – 26 Suatu ketika Maria dan Marta mengirim kabar kepada Yesus bahwa Lazarus sakit keras. Yesus tidak segera datang karena menurut Yesus penyakit itu tidak mematikan (Yoh. 11:3-4). Beberapa hari kemudian Yesus datang dan menjumpai Lazarus telah berbaring di kubur selama 4 hari (Yoh. 11:17). Kata Marta: Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, Lazarus tidak akan mati. Marta seolah-olah menyatakan bahwa Yesus sudah terlambat. Yesus tidak terlambat. Dia tahu waktu yang tepat. Marta percaya, Yesus pasti dapat melakukan sesuatu bila Ia meminta kepada Allah. Yesus berkata: Saudaramu akan bangkit (Yoh. 11:20-23). Apakah Marta percaya? Dia percaya tetapi dengan makna yang berbeda. Dia percaya Lazarus akan bangkit tetapi pada akhir zaman, bukan saat itu. Dia lupa bahwa bagi Yesus tidak ada yang mustahil. Yesus kemudian berkata: ”Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepadaKu ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Marta percaya. Akhirnya, Lazarus bangkit dari kematian (Yoh. 11:44). Yesus dalam nats mengarahkan kita agar berpikir tidak dalam konteks kehidupan jasmani. Secara jasmani semua orang termasuk kita pasti akan mati. Yesus memberikan arti yang melebihi arti jasmaniah. Yesus mengarahkan kita pada kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang kekal. Yesus menjamin bahwa kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu. Kematian adalah awal kehidupan yang kekal karena di balik kematian ada kehidupan yang kekal. Hal itu hanya terjadi bila kita percaya kepada Yesus, mengakui Ia satu-satunya Juruselamat, dan melakukan kehendakNya. Kita harus mengingat hari kematian kita (memento mori) dan akan bangkit pada akhir zaman. Doa: Tuhan Yesus! Kami percaya bahwa Engkaulah kebangkitan dan hidup. Karena itu Tuhan berikanlah anugerahMu kepada kami yaitu kehidupan yang kekal. Amin. (WM)

Selasa, 24 Februari 2015

MENGANDALKAN KETAATAN KRISTUS

Bacaan: Matius 5:38-48 Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita. (Roma 5:8) 

Ketika kita diminta mendonorkan darah, mungkinkah kita sekaligus mendonorkan ginjal? Ketika seseorang menuntut mobil kita, mungkinkan kita menyerahkan sekaligus rumah kita? Ketika seseorang membunuh anak kita, mungkinkah kita mengampuninya dan menjadikannya anak angkat? Itu beberapa skenario yang melintas dalam benak saya saat membaca bagian dari Khotbah di Bukit ini. Dalam rangkaian khotbah tersebut, saya merasa Yesus sedang menaikkan standar hukum Allah setinggi-tingginya. Dengan harapan, orang yang sungguh-sungguh hendak taat tersadar, tidak mungkin ia menjalaninya dengan kemampuan dirinya sebagai manusia. Kabar gembiranya, Yesus datang untuk menggenapi hukum itu bagi kita (Rm 10:4). Dalam nas hari ini, misalnya, Dia seperti orang yang menyerahkan pipi kirinya pada yang menampar pipi kanannya, orang yang menyerahkan jubah pada yang mengingini bajunya, dan orang yang berjalan sejauh dua mil ketika dipaksa berjalan sejauh satu mil. Itulah karya Kristus bagi kita! Dan, melalui ketaatan-Nya itu, Kristus menjadi pokok keselamatan bagi orang yang beriman. Jadi, pertanyaan kita bukan lagi: Mampukah saya menaati hukum Allah? Pertanyaannya adalah: Maukah saya beriman kepada Kristus Yesus dan menerima pembenaran-Nya? Maukah saya berhenti mengandalkan kemampuan diri dalam menaati hukum Allah, dan belajar mengandalkan ketaatan-Nya yang sempurna? Bersediakah saya mempersilakan Kristus menyatakan kehidupan-Nya di dalam dan melalui diri saya?

Pesannya :  KESELAMATAN BUKANLAH BERDASARKAN KETAATAN KITA, MELAINKAN BERDASARKAN KETAATAN KRISTUS YANG SEMPURNA.

Kamis, 12 Februari 2015

DIA TAK LUPA!

Bacaan: Kejadian 40 Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya. (Kejadian 40:23)

Adik saya gembira dua kali lipat: diterima di sekolah Akitab idaman dan ada orang yang bersedia menanggung biaya studinya. Ia mengikuti kuliah dengan penuh semangat, tapi hingga bulan pertama berlalu ternyata beasiswa yang dijanjikan itu belum muncul. Ah, mungkin beliau amat sibuk, pikirnya. Namun, bulan-bulan berikutnya ternyata tak ada perubahan. Konyolnya, ketika mereka berjumpa, orang itu sama sekali tak menyinggung soal beasiswa itu! Pupuslah harapannya. Akhirnya, sang kakak yang membiayai kuliahnya sampai selesai. Orang cenderung mudah berjanji, mudah pula melupakannya. Bukan hanya dalam kasus berat seperti yang dialami Yusuf, juga dalam hal-hal sepele. Dalam hal Yusuf, syukurlah, akhirnya kepala juru minuman itu ingat lagi padanya (lihat 41:9-13) sehingga Yusuf bisa menikmati kebebasannya lagi, dan mulai menapaki keberhasilannya sebagai tangan kanan Firaun. Nah, apakah Tuhan melupakan Yusuf? Tidak. Saat Yusuf masih menjadi pegawai Potifar, tercatat empat kali ia "disertai Tuhan" (lihat 39:2, 3, 21, dan 23). Tatkala bani Israel ditindas bangsa Mesir, Allah ingat janji-Nya pada nenek moyang mereka (Keluaran 2:24, 6:4b), dan Dia bertindak! (Simak kata kerja "membebaskan", "melepaskan", "menebus", "membawa", dan "memberikan", Kel 6:5-7). Perempuan bisa saja melupakan bayinya, tetapi Dia tidak pernah melupakannya (Yes 49:15). Kalau Dia seakan tidak segera menolong kita, itu karena "waktu-Nya" dan "waktu kita" berbeda (2 Pet 3:8), bukan?
Pesan : DIA SELALU MENDENGAR, DAN PASTI MENOLONG, SESUAI DENGAN WAKTU DAN KEBIJAKSANAAN-NYA.

Rabu, 04 Februari 2015

RAJA KOK INFANTILE?

Read: 1 Raja-raja 21:1-19
“Lalu masuklah Ahab ke
dalam istananya dengan kesal
hati... Maka berbaringlah ia
di tempat tidurnya dan
menelungkupkan mukanya
dan tidak mau makan. (1
Raja-raja 21:4)”
Bible in a year: Imamat 9-10
Infantile adalah istilah Bahasa
Prancis yang artinya adalah
kenakan-kanakan. Infantile terjadi
pada orang dewasa yang bersikap
seperti anak kecil, yang apabila
kemauannya tidak dituruti, akan
ngambek, marah, tidak mau makan,
dan sebagainya.
Sikap infantile ini ditunjukkan oleh
seorang raja yang berkuasa di Israel,
yaitu Ahab. Kala itu ia mengingini
kebun anggur Nabot yang terbentang
di dekat istananya. Padahal, sebagai
raja, ia tentu dikelilingi kekayaan
berlimpah. Sementara itu, Nabot
menolak untuk menjualnya karena
kebun anggur itu merupakan pusaka
nenek moyangnya (ay. 3). Sifat
kekanak-kanakan Ahab muncul. Ia
kecewa, marah, ngambek dan tidak
mau makan. Istrinya, Izebel, dengan
segera mengambil tindakan. Ia
mengupayakan pembunuhan atas
Nabot dan merampas kebun
anggurnya. Dengan senang Ahab
bangun untuk mengambil kebun itu
(ay. 16). Namun demikian, atas
tindakan mereka berdua, ada
konsekuensi yang harus mereka
terima. Hukuman Tuhan yang
dinyatakan melalui nabi Elia tidak
main-main dan mengerikan:
"Beginilah firman Tuhan: Di tempat
anjing telah menjilat darah Nabot, di
situ jugalah anjing akan menjilat
darahmu" (ay. 19).
Sifat infantile ini sebenarnya ada
dalam diri semua orang dewasa,
entah ia orang berpangkat dan
terkenal, entah ia orang biasa. Kita
perlu waspada, terlebih dengan
kedudukan yang memungkinkan kita
bertindak sewenang-wenang. Jangan
sampai muncul sikap kekanak-
kanakan. Kiranya Tuhan
mendewasakan kita, dari hari ke
hari.

Pesan : SYUKURILAH SEMUA YANG KITA
PUNYA
TANPA RASA IRI DAN DENGKI
PADA SESAMA.

Senin, 02 Februari 2015

No Complaining

Filipi 1:12-26
"Karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini adalah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus."(Filipi 1:19)

     Begitu banyak pelayanan yang dilakukan Rasul Paulus yang membuat ia pergi dari satu kotas ke kota lain. Nyawanyapun menjadi sasaran tentara Roma dan orang yahudi membenci injil. Namun dr semua yang sudah ia lakukan, Tuhan membuat Paulus di penjara. Apakah ini adil bagi Paulus?
      Teman, Rasul Paulus gak pernah komplain pd Tuhan ketika ia dipenjara. Karena jika ia komplain sama artinya Paulus tidak mau maju, todak mau dibentuk menjadi hamba yang kuat, dan ia keluar dr skenario Tuhan yg sdh merencanakan semua hal dalam hidupnya yg nantinya akan membuat Paulus menjadi org sukses. Benar saja, Paulus adalah rasul paling populer dengan begitu banyak surat yg ia tulis dalam Perjanjian Baru. Dari suratnyalah, kita belajar banyak hal tentang keselamatan dan hidup dalam Tuhan.
     Teman, kita sering bgt komplain sama Tuhan jika keadaan kita susah sedikit. Rasanya gak adil jika hidup kita susah disaat kita setia sama Tuhan. Tetapi ingat, yang Tuhan janjikan kpd itu keselamatan bukan hidup tanpa masalah. Tuhan sendiri mengatakan, ia akan menguji kita melalui pencobaan2 yg akan kita hadapi. Dan disaat itu kita harus membuktikan apakah kita sungguh2 setia kpd Tuhan / setengah hati. Mereka yg setengah hati kpd Tuhan adalah orang2 yg rajin beribadah tetapi tdk mau mengalami masa2 sukar. Ikut Yesus sama dengan pikul salib. Gak ada jaminan hidup tanpa masalah yg ada hanyalah jaminan keselamatan dan sukacita di dalam Kristus.

Pray it : Tuhan, kuatkan kami untuk melalui masa2 sukar dalam hidup kami dan ajar kami untuk tidak protes karena keadaan kami.

About it : jangan protes hanya karena melalui masa2 sukar.

God Bless :))

Rabu, 28 Januari 2015

GEMBALA KREATIF

Read: Kejadian 30:25-43
“Dan kejujuranku akan
terbukti di kemudian hari,
apabila engkau datang
memeriksa upahku. (Kejadian
30:33)”
Bible in a year: Keluaran 32-34
Bekerja 20 tahun bagi Laban, Yakub
memperoleh empat istri dan 12 anak
laki-laki. Ia lalu bersedia bekerja lagi
demi membangun rumah tangganya
(ay. 30b). Kali ini ia boleh
menentukan upah sendiri (ay. 28).
Permintaan Yakub aneh: hanya
"domba hitam" dan "kambing belang-
belang" (ay. 32). Aneh? Ya-karena
jumlahnya sedikit! Umumnya domba
berwarna putih, sedangkan kambing
cokelat atau hitam. Laban langsung
menyanggupinya (ay. 34). Gilakah
Yakub? Atau, ia sedang merancang
pembalasan dendam atas "kasus
Lea" (29:23-25)? Ternyata tidak.
Meskipun Laban telah 10 kali
mencuranginya (31:7, 41), Yakub
sekarang bukanlah penipu,
melainkan pekerja keras yang jujur
dan takut Tuhan (30:33, 31:38-42).
Sebagai gembala kawakan, ia
tampaknya paham sebagian induk
ternaknya punya gen resesif yang,
dalam kondisi tertentu, akan muncul
pada anaknya sehingga
menghasilkan jenis yang berbeda.
Dengan pemahamannya akan
pengaruh penglihatan induk terhadap
kandungannya, ia berusaha
mempercepat munculnya anakan
yang diinginkannya itu melalui
pancingan dahan belang-belang
ketika kambing-domba itu kawin (ay.
37-38). Dan, sesuai dengan janji
dalam mimpinya (31:10-12), ia
berhasil! Upayanya mendapatkan
bibit unggul itu (ay. 41-42) adalah
kreativitasnya sebagai gembala,
bukan kecurangan, karena tak
termasuk dalam perjanjiannya
dengan Laban (ay. 32).
Ya, dalam hal ini, Yakub bukan
penipu. Kerja keras, keahlian,
kejujuran, dan berkat Tuhanlah yang
membuatnya berhasil, bukan
kelicikan dan kelihaiannya dalam
memperdaya Laban!

Pesan : BERKAT TUHAN MEMBANGKITKAN
KREATIVITAS DALAM BEKERJA,
MEMBUKA PELUANG MENUJU
KESUKSESAN.

Minggu, 25 Januari 2015

PENYESALAN TERBESAR

Read: Matius 27:1-10
“Pada waktu Yudas, yang
menyerahkan Dia, melihat
bahwa Yesus telah dijatuhi
hukuman mati, menyesallah
ia. Lalu ia mengembalikan
uang yang tiga puluh perak
itu kepada imam-imam kepala
dan tua-tua. (Matius 27:3)”
Bible in a year: Keluaran 23-25
Di Belgia pernah dilakukan survey
terhadap warga berusia 60 tahun
tentang penyesalan terbesar yang
mereka rasakan. Hasilnya? Ternyata
72% menyesal karena mengabaikan
waktu untuk bekerja dengan baik
pada masa muda; 67% karena
merasa salah memilih pekerjaan;
63% karena tidak mendidik anak
dengan benar; 58% karena kurang
berolahraga dan menjaga kesehatan;
dan 11% karena tidak memiliki
cukup banyak uang.
Ketika kita sadar telah mengambil
langkah yang keliru, kita menyesal.
Ketika kita sadar telah melakukan
hal yang salah, kita menyesal. Ketika
kita harus menerima konsekuensi
atas suatu perbuatan dosa, kita
menyesal. Setiap orang pernah
melakukan hal yang keliru dan
membuatnya menyesal. Tetapi, tidak
semua orang mampu belajar dari
kesalahan dan penyesalannya.
Banyak orang menyesali
perbuatannya, tetapi mereka tidak
segera memperbaiki pola hidupnya
yang salah. Akibatnya, seperti kata
pepatah, penyesalan selalu datang
terlambat.
Yudas juga menyesali kekeliruannya.
Sayang, ia memilih jalan bunuh diri
untuk membayar kesalahannya.
Tidak sedikit orang menunjukkan
penyesalannya dengan cara yang
salah. Sesungguhnya, penyesalan
adalah sebuah kesempatan dan
anugerah Allah! Masing-masing kita
tentu pernah membuat kesalahan dan
hal itu menimbulkan rasa bersalah di
dalam hati. Allah menghargai
penyesalan kita dan Dia sanggup
memakai kesalahan itu untuk
menyatakan rencana-Nya yang besar
dalam hidup kita. Anugerah-Nya
tetap tersedia untuk kita!

Pesan : PENYESALAN ADALAH
KESEMPATAN BAGI ALLAH UNTUK
MENCURAHKAN
ANUGERAH PENGAMPUNAN DAN
MEMULIHKAN HIDUP KITA.

Sabtu, 24 Januari 2015

TRADISI DI MEJA MAKAN

Read: Matius 18:15-20
“Sebab di mana dua atau tiga
orang berkumpul dalam
nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka.
(Matius 18:20 )”
Bible in a year: Keluaran 20-22
Tradisi ini kini semakin jarang
dilakukan: seluruh keluarga
berkumpul di meja makan untuk
makan bersama. Semua anggota
keluarga ditunggu kehadirannya
sebelum acara makan dimulai. Bagi
beberapa orang, tradisi bersama ini
bagaikan oase di tengah padang
gurun perjalanan hidup. Di meja
makan ini mereka bisa
menghilangkan kepenatan setelah
bekerja, menguatkan kembali kondisi
fisik yang melemah, dan bertatap
muka dengan sesama saudara. Meja
makan juga dipandang sebagai
tempat yang ideal untuk
menyelesaikan masalah keluarga
dengan kasih. Dan selama makan,
setiap anggota keluarga
berkesempatan menyampaikan isi
hatinya.
Yesus menegaskan pentingnya
kesatuan dan kesepakatan (ay. 19).
Dia berkata, jika dua orang
bersepakat meminta apa pun juga,
permintaan mereka itu akan
dikabulkan oleh Bapa yang di surga.
Hal ini dapat diterapkan dalam
kehidupan berkeluarga. Saat keluarga
sepakat berkumpul dalam nama
Tuhan, Dia hadir di tengah-tengah
keluarga itu. Jika kehadiran Tuhan
nyata dalam sebuah keluarga,
persoalan yang rumit pun akan
teratasi.
Bagi kita yang pernah
mengalaminya, kenangan makan
bersama itu, indahnya kebersamaan
dan hadirat Tuhan, pasti masih
membekas di hati. Betapa kehadiran
Tuhan dapat dirasakan begitu dekat
dan tangan-Nya terentang
memberkati setiap pribadi yang hadir
saat itu. Di tengah kesibukan hidup,
barangkali kita dapat meluangkan
waktu untuk melakukannya kembali
dan merayakan berkat Allah atas
keluarga kita.

Pesan : TRADISI MAKAN BERSAMA DAPAT
MENJADI OASE KASIH
DALAM PERJALANAN HIDUP
KELUARGA.

Jumat, 23 Januari 2015

DALAM NAMA YESUS

Read: Matius 26:36-46
“Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali
apabila Aku meminumnya,
jadilah kehendak-Mu! (Matius
26:42)”
Bible in a year: Keluaran 17-19
Tiap kali saya menyimak siaran "Doa
dan Kesembuhan" di radio, ada satu
hal yang selalu menyentak saya,
yaitu ketika si konselor mendoakan
kesembuhan pendengarnya. Ia
mengucapkan "Dalam nama Yesus",
kadang disertai perintah agar si
"pasien" meletakkan tangannya di
tempat yang sakit. Sering kali
penyakit para "pasien" itu tergolong
berat: gangguan jantung atau paru-
paru, bahkan gagal ginjal dan
kanker. Kadang saya berpikir, doa
semacam ini bisa menjadi suatu
pemaksaan kepada Tuhan agar
menyembuhkan si sakit seketika itu
juga. Bagaimana jadinya jika mereka
tidak sembuh juga?
Doa tidak lain adalah sarana
percakapan kita dengan Allah. Dalam
doa, kita sebagai anak berusaha
menyelaraskan kehendak kita dengan
kehendak-Nya sebagai Bapa.
Simaklah pergumulan antara
"kehendak Yesus" dan "kehendak
Bapa-Nya" dalam ayat 39 dan 42?
Sebagai anak, tentu saja kita boleh
minta sesuatu pada-Nya, dan Dia
tentu akan memenuhinya jika hal itu
sesuai kehendak-Nya. Tidaklah
bijaksana jika kita memaksakan
sesuatu yang bukan kehendak-Nya
atau yang belum waktunya Dia
berikan. Bukankah Dia yang paling
tahu yang terbaik bagi kita?
Bukankah Dia pula yang berdaulat
mengabulkan atau menolak
permohonan kita?
Karena itu, kita perlu lebih berhati-
hati menggunakan "Dalam nama
Yesus" dalam doa kita. Janganlah kita
menggunakannya sebagai sarana
untuk "memaksa" Tuhan, seolah-olah
nama-Nya adalah semacam jimat
atau mantra. Sebaliknya, kita
menyatakannya sebagai pengakuan
atas kedaulatan-Nya.

Pesan : DOA SEBENARNYA MERUPAKAN
PENGAKUAN
BAHWA DIA TAHU YANG TERBAIK
BAGI KITA.

Rabu, 21 Januari 2015

IMAN YANG SEDERHANA

Read: Matius 8:5-13
“Tetapi jawab perwira itu
kepada-Nya, "Tuan, aku tidak
layak menerima Tuan di
dalam rumahku, tetapi
katakan saja sepatah kata,
maka hambaku itu akan
sembuh. (Matius 8:8)”
Bible in a year: Keluaran 11-13
Seorang anak kecil tampak
kebingungan mencari bola kecilnya.
Setelah beberapa waktu mondar-
mandir tanpa hasil, ia secara spontan
berdoa, "Tuhan, tolong temukan
bolaku." Bola itu tadi menggelinding
menuruni jalan di depan rumah.
Setiap orang di rumah telah berusaha
ikut mencarinya, tetapi tidak ada
yang menemukannya. Keesokan
harinya, anak itu melompat-lompat
kegirangan sambil bersorak, "Mama,
Yesus telah membawa kembali
bolaku!" Sang ibu menengok dari
jendela dan melihat bola itu
tergeletak di atas rumput. Bagaimana
mungkin bola itu bisa ada di sana?
Tidak ada yang tahu. Tetapi, anak
kecil itu merasa Yesus tidak terlalu
sibuk untuk mendengarkan
permintaannya.
Perwira dalam bacaan hari ini
mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan
Sang Penguasa alam semesta, dan ia
menyadari bahwa dirinya hanyalah
bawahan yang harus taat dan
percaya pada apa yang dikatakan
tuannya. Ketika Yesus mengatakan
bahwa Dia akan datang ke rumahnya
dan menyembuhkan hambanya yang
sakit itu, perwira itu buru-buru
berkata, "Tuan, aku tidak layak
menerima Tuan di dalam rumahku,
katakan saja sepatah kata, maka
hambaku itu akan sembuh" (ay. 8).
Yesus memuji iman perwira ini
sebagai iman yang besar.
Iman yang sederhana, namun sangat
bermakna. Pengakuan tentang
siapakah Yesus Kristus dalam hidup
kita dan kepercayaan kita pada apa
saja yang sanggup dilakukan-Nya,
itulah iman! Iman yang sederhana
ini akan memengaruhi sikap dan
keyakinan kita kepada-Nya bahwa
apa saja yang Dia katakan pasti
terlaksana!

Pesan : IMAN MENGARAHKAN KITA PADA
KEMAHAKUASAAN TUHAN,
BUKAN PADA KETIDAKMAMPUAN
DIRI.

Selasa, 20 Januari 2015

MENYALAHGUNAKAN HIDUP

Read: Matius 25:14-30
“Sedangkan hamba yang tidak
berguna itu, campakkanlah
dia ke dalam kegelapan yang
paling gelap. Di sanalah akan
terdapat ratapan dan kertak
gigi. (Matius 25:30)”
Bible in a year: Keluaran 8-10
Tidak ada seorang pun yang
hidupnya di dunia ini tidak
berdampak. Setiap orang mempunyai
arti hidup dan bisa berguna bagi
sesama, terutama orang-orang di
sekelilingnya. Sayangnya, ada orang
yang menyia-nyiakan hidupnya,
tidak mengupayakan potensi yang
ada dalam dirinya secara maksimal
sehingga hidupnya malah menjadi
beban bagi orang lain.
Tuhan Yesus menceritakan tiga orang
hamba yang menerima talenta
berbeda-beda. Penerima lima talenta
dan dua talenta memanfaatkan
karunia itu sehingga membuahkan
hasil berlipat ganda. Hamba yang
menerima satu talenta berprasangka
buruk terhadap tuannya sehingga ia
tidak mempergunakan talenta itu dan
memendamnya. Ia tidak menghargai
talenta yang dipercayakan tuannya,
tidak melaksanakan tanggung jawab
untuk mengelola talenta. Ia menyia-
nyiakan hidup selama kepergian
tuannya itu.
Perumpamaan ini berkaitan dengan
Kerajaan Allah. Kita tahu, setiap
anak Allah diperlengkapi dengan
karunia yang berbeda-beda. Ada
karunia untuk bernubuat, untuk
melayani, untuk mengajar, untuk
menasihati (lihat Rm 12:6-8), dan
sebagainya. Tujuannya untuk
memasyhurkan Kerajaan Allah di
bumi. Dengan talenta yang ada,
setiap anak Allah dapat menjadi
berkat bagi sesama dan
mendatangkan kemuliaan bagi Allah.
Ya, Allah memberikan karunia itu
bukan untuk kepentingan kita
sendiri, melainkan untuk Kerajaan-
Nya. Jangan menyalahgunakan
hidup, berhikmatlah sebagai anak
Allah yang hidup bukan hanya untuk
diri sendiri, melainkan untuk Tuhan.

Pesan : HIDUP MENJADI SIA-SIA DAN
SALAH GUNA
JIKA HANYA DIMANFAATKAN
UNTUK DIRI SENDIRI.

Senin, 19 Januari 2015

LENYAPNYA ANDALAN KITA

Read: 2 Tawarikh 20:1-30
“Dan Yehuda berkumpul untuk
meminta pertolongan dari
pada TUHAN. Mereka datang
dari semua kota di Yehuda
untuk mencari TUHAN. (2
Tawarikh 20:4)”
Bible in a year: Keluaran 5-7
Tatkala serdadu Arab (Sarasin) telah
mendarat di jazirah Andalusia
(Spanyol), komandannya
memerintahkan agar perahu-perahu
mereka dibakar semua. Apa
alasannya? Agar, seandainya para
prajurit terdesak oleh musuh, mereka
tidak lari kembali ke perahu tersebut
dan melarikan diri. Jadi, para
prajurit itu hanya punya pilihan:
maju terus, entah menang entah
kalah.
Sepasukan laskar besar dari Edom
menyerang kerajaan Yehuda.
Ketakutan melanda seluruh negeri
termasuk Yosafat, raja kerajaan itu.
Yosafat sadar ia tidak memiliki cukup
kekuatan untuk menghalau musuh
yang tiba-tiba menyerang itu. Ia
terjepit dan tidak berdaya. Dalam
suasana sangat mencekam itu,
Yosafat mengambil keputusan yang
tepat: mencari Tuhan! Ia mengajak
seluruh rakyat Yehuda untuk
berpuasa dan berseru meminta
pertolongan Tuhan. Dan Tuhan, yang
mendengar seruan doa itu,
menyampaikan pesan melalui
Yahaziel: "Janganlah kamu takut dan
terkejut karena laskar yang besar ini,
sebab bukan kamu yang akan
berperang melainkan Allah" (ay. 15).
Acap kali Tuhan dengan sengaja
melenyapkan hal-hal yang selama ini
menjadi andalan kita. Tuhan
menghendaki agar kita hanya
berharap dan mengandalkan
pertolongan-Nya. Harta kekayaan,
bakat, talenta, kecakapan,
kepandaian, dan relasi yang kita
anggap kuat, bisa jadi tempat kita
bergantung seperti ‘perahu Sarasin'
itu. Sekali waktu, Tuhan mungkin
akan membakar habis semua
andalan kita itu dengan maksud agar
kita hanya bergantung sepenuhnya
kepada pertolongan-Nya.

Pesan : HIDUP BERGANTUNG KEPADA
TUHAN BERARTI HIDUP
BERDASARKAN IMAN, BUKAN
BERGANTUNG PADA YANG LAIN.

Sabtu, 17 Januari 2015

DILAYAKKAN

Read: Roma 3:21-31
“Karena semua orang telah
berbuat dosa dan kehilangan
kemuliaan Allah, dan oleh
anugerah-Nya telah
dibenarkan dengan cuma-
cuma melalui penebusan
dalam Kristus Yesus. (Roma
3:23-24)”
Bible in a year: Kejadian 49-50
Agar dapat ditahbiskan menjadi
pendeta di gereja kami, para sarjana
teologi harus melalui serangkaian
proses seleksi selama beberapa tahun.
Setelah itu, seluruh calon
dikumpulkan, dan ketua panitia
menyampaikan keputusan mereka.
"Setelah melakukan proses seleksi
yang ketat, kami menyimpulkan,
tidak ada satu orang calon pun yang
layak melayani Tuhan dan
ditahbiskan menjadi pendeta!"
katanya. Perubahan mimik di wajah
para calon pendeta terlihat jelas.
Lalu ketua panitia melanjutkan, "Kita
semua memang tidak layak melayani
Tuhan. Tetapi, syukurlah, Tuhan
Yesus melayakkan kita karena Dia
sudah mengampuni dan
menyelamatkan kita!"
Semua manusia telah berdosa--sebuah
kebenaran yang tak dapat disangkal.
Namun, ketika manusia
membandingkan dirinya dengan
pendosa lain, sering kali mereka
merasa lebih suci dan lebih layak di
hadapan Tuhan. Padahal, jika
dibandingkan dengan kekudusan
Tuhan, kesalehan kita tak lebih dari
kain kotor belaka (bd. Yes 64:6).
Dosa tidak melulu soal seberapa
banyak pelanggaran yang kita
lakukan. Dosa bukan hanya berupa
tindakan; dosa adalah tabiat kita.
Kita dilahirkan dalam dosa, dan kita
bertumbuh dengan kecenderungan
berdosa. Tetapi dalam anugerah-Nya,
Allah bertindak untuk mengatasi
dosa. Kristus yang tanpa dosa dibuat-
Nya menanggung seluruh dosa kita
agar kebenaran-Nya dapat
dikenakan kepada kita. Dengan
menyambut anugerah-Nya, kita
dibaharui: menjadi manusia baru
dengan status baru, yaitu anak Allah.
Kita pun dilayakkan untuk melayani
Dia.

Pesan : KELAYAKAN KITA TIDAK
BERSUMBER DARI DIRI SENDIRI,
MELAINKAN DARI KEBENARAN
KRISTUS YANG DIPAKAIKAN
KEPADA KITA.

Jumat, 16 Januari 2015

TERGODA DOSA

Read: Kejadian 4:1-16
“Apakah mukamu tidak akan
berseri, jika engkau berbuat
baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa
sudah mengintip di depan
pintu; ia sangat menggoda
engkau, tetapi engkau harus
berkuasa atasnya. (Kejadian
4:7)”
Bible in a year: Kejadian 46-48
Setiap orang tentu pernah mengalami
pencobaan atau godaan untuk
berbuat dosa. Pencobaan itu berasal
dari luar, dari segala sesuatu yang
dijumpai, menggoda hati dengan
memancing hawa nafsu. Akibatnya
dapat terpancar luapan emosi, seperti
cemburu, iri, tersinggung, dan
amarah. Dalam keadaan seperti itu,
suasana hati tidak lagi nyaman dan
pikiran pun kerap menjadi gelap.
Kain merasakan iri hati terhadap
Habel, adiknya. Tuhan
mengindahkan kurban persembahan
Habel, namun mengabaikan
persembahannya. Alkitab tidak
menjelaskan alasan Tuhan. Kain
tampaknya tidak dapat menerima
keputusan Tuhan itu; bisa jadi ia
merasa kehilangan harga diri sebagai
kakak. Si jahat memanfaatkan
kesempatan atas sikapnya itu.
Kegalauan hati Kain terpancar dari
wajahnya yang muram. Ia tergoda
dan terpancing emosinya sehingga
tega membunuh Habel. Ia tidak lagi
berpikir secara jernih karena dosa
sudah menutupi pintu hatinya
sehingga ia tidak mampu
mengendalikan diri. Kain
melampiaskan amarahnya pada
Habel yang sesungguhnya tidak
bersalah. Rasa iri membangkitkan
amarahnya dan kemudian
mendorongnya melakukan tindakan
keji.
Tidak semestinya Kain jatuh ke
dalam dosa jika saja ia mau belajar
memahami apa yang menyenangkan
hati Allah. Tetapi dia tidak
melakukan introspeksi, malah
mencari kambing hitam. Sering kali
kita juga terjebak emosi seperti Kain,
ketenangan hati kita terusik dan
menjadi galau, sehingga kita tergoda
oleh dosa. Waspadalah!

Pesan : SUASANA HATI YANG GALAU
MEMBUTAKAN PIKIRAN.
KETENANGAN HATI ADALAH
KUNCI PENGUASAAN DIRI.

Kamis, 15 Januari 2015

MIMPI BESAR

Read: Kisah Para Rasul 28:11-31
“Dengan terus terang dan
tanpa rintangan apa-apa ia
memberitakan Kerajaan Allah
dan mengajar tentang Tuhan
Yesus Kristus. (Kisah Para
Rasul 28:31)”
Bible in a year: Kejadian 43-45
Tererai Trent lahir di Zimbabwe,
dalam keluarga dan lingkungan
miskin, yang hanya menyekolahkan
anak laki-laki. Anak perempuan tak
boleh belajar-mereka hanya diminta
siap menikah. Namun, Tererai
bermimpi menjadi perempuan
terpelajar dan mengangkat
kehidupan perempuan lain. Ia
tuliskan mimpi itu di kertas, ia
masukkan ke dalam kaleng, ia kubur
di bawah batu. Suatu hari, seorang
perempuan Amerika datang dan
menantangnya untuk mengungkap
mimpinya. Dengan berani Tererai
berkata ia ingin ke Amerika untuk
belajar dan, secara ajaib, Tuhan
membuka jalan. Tererai diajak ke
Amerika, belajar di sana dengan
semangat luar biasa, hingga meraih
gelar doktor. Mimpinya terkabul!
Kini ia terus berjuang bagi
peningkatan hidup para perempuan,
khususnya di Zimbabwe.
Paulus juga pernah bermimpi
memberitakan Injil sampai ke kota
Roma. Sudah lama ia merindukan hal
ini, tetapi belum mendapat
kesempatan. Uniknya, saat ia
ditangkap karena pemberitaan Injil
dan harus menghadapi pengadilan
bertingkat, kesempatan itu justru
terbuka. Setelah Raja Agripa dan
Festus tak mendapati kesalahannya,
mereka mengirim Paulus kepada
Kaisar di Roma. Meski dibawa
sebagai tahanan, dan harus melalui
perjalanan berat, akhirnya Paulus
sampai ke Roma!
Orang yang memiliki mimpi, atau
lebih tepatnya visi, memiliki tujuan
yang jelas. Mereka pun berfokus
melakukan apa saja yang perlu
dilakukan, dan bersemangat
mengejarnya. Nah, bersama Tuhan
yang besar, kita pun dapat
mewujudkan mimpi yang
memuliakan nama-Nya!

Pesan : TUHAN MENGIZINKAN KITA
BERMIMPI AGAR KITA MEMILIKI
TUJUAN.
BILA TUHAN MEMBERKATI MIMPI,
PASTI TERCAPAI SEGALA
KERINDUAN.

Rabu, 14 Januari 2015

JANGAN BERPALING DARI-NYA!

Read: Mazmur 103:1-14
“Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
dan janganlah lupakan segala
kebaikan-Nya! (Mazmur
103:2)”
Bible in a year: Kejadian 40-42
Seorang sopir taksi sempat bersungut-
sungut ketika mendapati penumpang
hanya menggunakan jasa taksi jarak
dekat, ke sebuah hotel. Namun, di
hotel tersebut, ia mengangkut
penumpang yang menyewa taksi
dengan jarak yang cukup jauh.
Artinya, ia mendapat rezeki besar.
Hilanglah sungut-sungutnya.
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan.
Tuhan mengasihi mereka. Lihatlah
bagaimana Tuhan menunjukkan
kuasa dan kedahsyatannya saat di
Mesir, sebelum mereka keluar dari
sana. Namun, baru saja keluar dari
Mesir, mereka segera bersungut-
sungut (lihat Kel 15:24, 16:2, 17:2,
32:1, Bil 12:1-2, 14:1-2, 16:1-2, dan
20:2-5). Akar dari semua ini adalah
mereka tidak puas kepada Tuhan saat
perhatian mereka beralih pada dunia
ini. Begitu mereka terantuk pada
berbagai kesulitan, mulailah mereka
marah pada-Nya. Dalam kondisi
demikian, kita perlu membangun
kesadaran demikian: "Pujilah Tuhan,
hai jiwaku, dan janganlah lupakan
segala kebaikan-Nya!" (Mzm 103:2).
Dia yang menebus kita dari lubang
kubur (ay. 4), memuaskan hasrat kita
dengan kebaikan (ay. 5), tidak
melampiaskan penghukuman
setimpal dengan dosa kita (ay. 10),
dan seterusnya. Kasih sayang-Nya
melampaui kasih sayang seorang
bapak kepada anak-anaknya.
Ya, tepat sekali! "Jangan lupakan
segala kebaikan-Nya!" Nikmatilah
berkat-Nya setiap hari. Dengan
mengingat kebaikannya, dengan
mengingat siapa diri kita di hadapan-
Nya, kita tidak akan kecewa dan
bersungut-sungut kala mengalami
masa sulit.

Pesan : DALAM KEBERHASILAN DAN
KEGAGALAN,
JANGAN PERNAH BERPALING
DARI-NYA, SEBAB IA TETAP SETIA.

Selasa, 13 Januari 2015

POTENSI KECIL

Read: Yohanes 6:1-15
“Di sini ada seorang anak
yang mempunyai lima roti
jelai dan dua ikan; tetapi apa
artinya itu untuk orang
sebanyak ini? (Yohanes 6:9)”
Bible in a year: Kejadian 37-39
Dalam kisah Yesus memberi makan
lima ribu orang, kita mendapatkan
pelajaran yang penting. Ternyata,
potensi sekecil apa pun dapat
bermanfaat apabila dipersembahkan
untuk pekerjaan Tuhan.
Ada dua orang murid yang disebut
namanya dalam kisah ini, yakni
Filipus dan Andreas. Ketika Tuhan
Yesus bertanya, "Di manakah kita
akan membeli roti, supaya mereka
dapat makan?", Filipus menjawab,
"Roti seharga dua ratus dinar tidak
akan cukup untuk mereka ini,
sekalipun masing-masing mendapat
sepotong kecil saja." Jawaban Filipus
ini mencerminkan sikapnya yang
membatasi diri dengan potensi yang
ada ketika menghadapi masalah.
Sedangkan Andreas, sebagaimana ia
pernah membawa Simon,
saudaranya, kepada Yesus, kali ini ia
membawa seorang anak yang
memiliki lima roti jelai dan dua ikan
kepada Yesus. Sekali lagi Andreas
berfungsi sebagai pengantara.
Bukankah ini langkah yang tepat?
Namun, sebagaimana Filipus,
Andreas juga mengecilkan arti
potensi yang ada, "Tetapi apa artinya
itu untuk orang sebanyak ini?"
Walaupun demikian kita mengetahui
akhir kisah ini, yakni bahwa
pemberian anak tersebut, di tangan
Yesus, menjadi berkat bagi lima ribu
orang. Bahkan tersisa dua belas
bakul. Potensi sekecil apa pun, di
tangan Yesus dapat menjadi berdaya
guna besar untuk pekerjaan Tuhan
bagi kesejahteraan sesama.
Jadi, jangan sekali-kali kita
meremehkan potensi seperti itu.
Letakkan di tangan Tuhan. Dia tidak
terbatasi oleh jumlah, dan Dia rindu
memberkati umat-Nya. Selanjutnya,
biarlah mukjizat-Nya terjadi.

Pesan : DALAM TANGAN TUHAN, HAL
YANG KECIL ITU BISA JADI BESAR,
SEBALIKNYA, TANPA TUHAN, HAL
YANG BESAR PUN BISA JADI
KECIL.

Senin, 12 Januari 2015

KETIDAKPASTIA N

Read: Amsal 3:1-6
“Percayalah kepada TUHAN
dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri. (Amsal
3:5)”
Bible in a year: Kejadian 34-36
Dalam wawancara dengan psikolog
yang mendampingi para keluarga
korban kasus hilangnya pesawat
Malaysian Airlines MH370 pada
Maret 2014, disebutkan bahwa beban
utama keluarga adalah
ketidakpastian. Manusia tidak tahu
bagaimana harus bersikap dalam
ketidakpastian. Kebingungan akibat
ketidakpastian membuat emosi
sebagian orang menjadi tidak stabil.
Satu hari ia berpengharapan besar;
esoknya ia bisa frustrasi dan depresi.
Itulah yang mereka alami.
Sebagai makhluk yang terbatas,
ketidakpastian adalah suatu
keniscayaan hidup. Tentu kadarnya
berbeda-beda bagi tiap orang,
tergantung pada situasi yang sedang
dihadapi. Cara-cara orang
menyikapinya juga berlainan. Ada
yang memilih untuk
mengabaikannya, ada yang mencari
jaminan semu melalui uang atau
kekuasaan, dan ada yang menyerah
pada nasib.
Bagi orang percaya, Alkitab
mengajarkan untuk memercayakan
hidup kita kepada Tuhan. Sebab Dia
bukan hanya Tuhan yang mahakuasa
dan mahatahu, tapi juga mahabaik
dan mengasihi kita. Karena itu, kita
bisa beriman penuh kepada-Nya
tentang hidup dan masa depan kita.
Iman yang demikian memampukan
kita menjalani hidup yang berbuah.
Hidup kita tidak dikekang
kekhawatiran akan masa depan.
Hidup kita juga tidak lagi dipenuhi
dengan kebutuhan mengurusi diri
sendiri dan mencari jaminan semu
akan masa depan kita. Sebaliknya,
kita bisa mengisi hidup ini untuk
menjadi berkat bagi orang lain dan
membawa mereka menemukan
Tuhan yang memegang hidup kita.

Pesan : BANYAK HAL TAK KUPAHAMI
DALAM MASA MENJELANG, TAPI
T'RANG BAGIKU INI:
TANGAN TUHAN YANG PEGANG.

Minggu, 11 Januari 2015

MAKAN UNTUK HIDUP

Read: Kejadian 3:1-7, Matius 4:1-4
“Ada tertulis: Manusia hidup
bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah.
(Matius 4:4)”
Bible in a year: Kejadian 31-33
Berapa banyak dari kita yang suka
pilih-pilih makanan? Bukan sekadar
memilih kandungan gizinya,
melainkan memilih berdasarkan
nilai gengsinya. Makan di tempat
yang mewah, berkelas, bahkan
meluangkan waktu dan anggaran
khusus demi mencoba menu tertentu.
Ada pula yang merasa puas jika telah
membagikan foto menu rumah
makan ternama di media sosial. Ada
orang yang menghabiskan banyak
waktu untuk urusan makan, seakan
makanan adalah hal terpenting untuk
dikejar dalam hidup ini. Padahal
makanan bersifat sementara.
Adam-Hawa dan Yesus mengalami
pergumulan serupa. Mereka dicobai
Iblis dengan iming-iming makanan.
Tetapi, pilihan mereka berbeda.
Adam dan Hawa memilih memenuhi
hasrat jasmani dengan memakan
buah yang dilarang Allah. Adapun
Yesus memilih taat kepada Bapa dan
melawan bujukan Iblis. Jika
diperhatikan, sebenarnya Yesus
sangat membutuhkan roti, sedangkan
Adam dan Hawa masih dapat
memakan buah yang lain. Yesus tidak
melakukannya karena Dia tak mau
tunduk kepada Iblis. Dia tetap fokus
pada kekekalan meski secara jasmani
Dia perlu makan.
Dari kisah Adam dan Yesus, ada dua
prinsip hidup yang dapat kita pilih.
Pertama, prinsip "hidup untuk
makan". Orang tipe ini akan
memanfaatkan hidupnya untuk
mencari kepuasan dengan
"makanan" (hal-hal fana).
Kesuksesan duniawi menjadi fokus
hidup mereka. Sedangkan prinsip
kedua adalah "makan untuk hidup".
Orang tipe ini berfokus kepada
Tuhan dan menggunakan "makanan"
sebagai sarana bersahabat dengan
Tuhan, Sang Hidup. Mana yang
menjadi prinsip hidup Anda?

Pesan : HIDUP UNTUK MAKAN MEMBUAT
KITA KEHILANGAN "HIDUP".
TETAPI, MAKAN UNTUK HIDUP
MEMBUAT KITA BEROLEH
"HIDUP".

Sabtu, 10 Januari 2015

BERDOA? SAYA BISA!

Kejadian 28-30
Tim visitasi mengunjungi seorang
nenek, anggota jemaat, yang sakit. Ia
tinggal sendirian, anak-anaknya
merantau ke kota-kota lain. Soal
makan sehari-hari, salah seorang
anaknya melanggankan catering
service. Saat mengunjungi si nenek,
salah seorang ibu anggota tim
melihat ada tumpukan piring dan
baju kotor di rumahnya. Selesai
berbincang akrab, dan saat hendak
pulang, salah satu anggota tim itu
bertanya kepadanya, "Oma, ada
yang perlu kami doakan?" Setelah
berpikir sejenak, ia menjawab, "Nak,
kalau berdoa saya bisa, tapi jika
kalian rela, tolong cucikan piring-
gelas dan baju-baju kotor itu."
Sering kali kita ini "omdo" atau
omong doang. Kasih kita berhenti
hanya sebatas kata-kata. Jangankan
tuntutan seberat "menyerahkan
nyawa kita untuk saudara-saudara
kita" seperti Kristus (ay. 16),
menolong orang lain saja kita jarang
sekali melakukannya. Alasan yang
kita berikan cukup masuk akal:
"Memenuhi kebutuhan dan
kepentingan diri sendiri saja masih
susah, masakan mau membantu
orang lain. Nantilah, kalau saya
sudah mampu, saya akan menolong
orang lain." Namun, ungkapan
"kalau saya mampu" menyiratkan
keengganan, karena kita tidak tahu
kapan kita merasa sudah mampu!
Hal pertama yang kita butuhkan
untuk menolong sesama adalah
kemauan, diiringi dengan memohon
pertolongan Tuhan agar Dia
memampukan. Sehingga, di dalam
Tuhan, kita memenuhi perintah
Yohanes, "... marilah kita mengasihi
bukan dengan perkataan atau
dengan lidah, tetapi dengan
perbuatan dan dalam kebenaran."

Pesan : PERKATAAN TAK AKAN MENJADI
TINDAKAN
JIKA TAK DISERTAI KEMAUAN
MEWUJUDKANNYA.