@thebiblesay

Kamis, 28 Agustus 2014

Karunia Melayani

Roma 12:6 "Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita."
 
Karunia merupakan berkat yang diberikan Allah kepada kita dan sebaiknya kita harus mengembangkannya. Begitu banyak pertanyaan yang muncul tentang bagaimana cara melayani Tuhan padahal kita tidak mempunyai bakat seperti bernyanyi, bermain musik, memberitakan injil dan sebagainya. Tahukah kalian bahwa melayani Tuhan tidak semata-mata dengan hal-hal itu saja? setiap kita pribadi telah dikaruniakan Tuhan bakat atau talenta dan mungkin lebih dari satu. Talenta itulah yang seharusnya kita kembangkan agar kita selalu dapat memuliakan nama Tuhan dimana pun kita berada.

Melayani bukan semata-mata hanya di gereja. Saat kita membantu orang lain yang membutuhkan, saat kita memberikan sebagian rejeki kita kepada mereka yang berkekurangan bahkan saat kita tidak membuang sampah sembarangan dan turut menjaga lingkungan kita juga adalah bentuk dari pelayanan.

Pelayanan itu juga merupakan bentuk persembahan kita dihadapan Tuhan. Persembahan bukan hanya berupa materi yang kita berikan setiap hari minggu tetapi juga pelayanan terhadap sesama.
Oleh karena itu berikanlah persembahan yang benar dihadapan Tuhan melalui pelayanan karena pelayanan sekecil apapun yang kita berikan dengan setulus hati dapat menjadi berkat bagi kita dan bagi sesama kita.

Rabu, 27 Agustus 2014

Geleng-Geleng Kepala

Lukas 17:18 “Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”

                Selesai makan, Tara memanggil pelayan sebuah rumah makan untuk meminta bill. Pelayan tersebut menyodorkan sejumlah nilai yang harus dibayar. Tara sengaja memberikan uang lebih, sambil berkata “uang kembaliannya diambil saja”. Tanpa senyum dan mengucapkan terima kasih, pelayan itu mengambil uang Tara dan langsung pergi begitu saja. Dalam hati Tara geleng-geleng kepala dengan sikap pelayan tersebut. Tara tidak gila hormat, namun mendapat perlakuan seperti itu membuatnya menyesal memberikan tips kepada orang yang tidak tahu berterimakasih seperti itu.

                Bacaan kita hari ini cukup menggambarkan kekecewaan Yesus terhadap orang kusta yang telah Ia sembuhkan. Betapa tidak? Dari sepuluh orang kusta yang Ia sembuhkan, hanya satu orang kusta yang kembali untuk berterima kasih dan memuliakan Tuhan. Ironisnya, satu orang itu adalah orang asing yaitu orang samaria. Dimanakan yang Sembilan orang lainnya? Mereka mungkin seperti pelayan rumah makan tadi, langsung pergi begitu saja setelah mendapat mujizat penyembuhan.

                Dari sepuluh orang, hanya satu yang kembali mengucap syukur. Mungkin itulah gambaran kebanyakan manusia, yaitu lupa untuk berterima kasih. Coba hitung kembali berkat, mujizat, pertolongan, dan hal-hal apa saja yang telah Tuhan berikan kepada kita. Diantara semua berkat itu berapa banyak kita menyediakan waktu secara khusus untuk berterima kasih, mengucap syukur, dan memuliakan Tuhan? Akankah berkat dan mujizat yang kita terima justru membuat kita lupa dengan Tuhan yang memberikan berkat dan mengadakan mujizat? Jika demikian, mungkin Tuhan di sorga geleng-geleng kepala melihat sikap kita yang tidak tahu terimakasih.

Jumat, 22 Agustus 2014

UCAPAN SYUKUR YANG MENULAR

Bacaan: Mazmur 103
 Menjadi pelupa biasanya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, namun hal itu kini umum dialami oleh kita semua. Bahkan anak-anak pun bisa menjadi pelupa dan kerap mengeluarkan alasan, "Saya lupa!" Namun ada satu jenis kelupaan yang tidak termaafkan dan berlaku untuk semua umur-lupa mengucap syukur kepada Allah. 
Karena Pemazmur Daud sudah menetapkan untuk tidak mengecewakan Tuhan dalam hal mengucap syukur, maka ia mengajak jiwanya: "Janganlah lupakan segala kebaikkan-Nya" (Mazmur 103:2). Daud tidak menyembunyikan ucapan syukurnya kepada Allah.
 Dalam Mazmur 34:3 ia mengungkapkan, "Biarlah orang-orang yang rendah hati mendengar-Nya dan bersukacita." Lalu, siapakah orang-orang yang rendah hati itu? Mereka adalah orang-orang yang mengalami saat-saat yang sulit seperti Daud.
 Mengapa mereka akan bersukacita bila mendengar pujian Daud? Karena iman mereka dikuatkan ketika Daud memberi kesaksian tentang pertolongan Allah saat ia mengalami ketakutan (ayat 5), kesesakan (ayat 7), kekurangan (ayat 11), remuk jiwa (ayat 19) atau kemalangan (ayat 20). Kapan terakhir kali Anda secara terbuka dan tanpa rasa malu memuji Allah atas pertolongan-Nya saat Anda mengalami kesulitan? Seseorang pernah berkata, "Jika orang-orang Kristen lebih lagi dalam memuji Allah, keraguan dunia terhadap Dia akan semakin berkurang." Sikap mengucap syukur kepada-Nya atas kebaikan-Nya dan teladan Anda dalam memuji Dia dapat membuat orang lain tidak ragu-ragu untuk beriman kepada-Nya
 -JEY SIKAP MAU BERSYUKUR DAPAT MEMBUAT HIDUP ANDA PENUH SUKACITA

Kamis, 21 Agustus 2014

Marah itu Dosa

Efesus 4:26 " Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu"  
Urusan maku-memaku memang tidak sulit. Kita bisa saja menyuruh orang yg tidak kita kenal atau siapapun itu untuk memaku dirumah kita. Jadi kenapa setiap kita memaku kita harus melihat si pemaku melakukan hal itu? Kenapa tidak kita biarkan saja? Karna kita pasti takut jika si pemaku salah  posisi atau terlalu dalam menacapkan pakunya. Memang hal maku memaku kelihatan sepele, tapi jika salah maka akan mrnyisahkan sebuah lubang yang akan membuat dinding kita terkesan jelek. Kita bisa saja mengecatnya kembali tapi itu tidak akan efektif.
Sama halnya dengan dosa. Amarah atau emosi yang tidak terkendalikan bisa menyebabkan seseorang menjadi terluka, ia menjadi kehilangan semangatnya. Tetapi sebaliknya jika kita memberi perkataan yang baik kepadanya maka ia juga akan mendapat sebuah kebaikan dari perkataan yang di dengarkannya..
apakah maksud dari "janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu"? Apa saat matahari akan terbenam disitu juga kita tiba-tiba berhenti marah?  Bukan. Amarah itu mungkin adalah hal yg lumrah di dunia ini, siapa saja tidak terlupiut dari amarah. Tetapi yang perlu kita ingat adalah Disaat kita marah janganlah sampai amarah itu membekas dihatinya atau menjadi berlarut-larut karena itu adalah dosa.  
Amsal 14:29 “Orang yang sabar, besar pengertiannya. Tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohannya."  Bersabarlah dalam kesesakan. Amarah tidak akan menyelesaikan sebuah masalah karena amarah adalah pekerjaan si iblis yang berhasil menguasai hati dan pikiran kita karena  Yak 1:19,20 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini; setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah. Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Rabu, 20 Agustus 2014

Tangan Dan Dahi

Ulangan 6:8 “Haruslah juga engkau mengikatnya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambing di dahimu”

                Di Israel, khususnya Yerusalem, wisatawan akan menemukan pemandangan tak lazim. Orang-orang Yahudi ortodoks yang berjubah dan berpenampilan unik mondar-mandir dengan kotak kecil yang diikatkan melingkar pada tangan dan dahi mereka. Kotak kecil tersebut berisi kertas dengan ayab kitab suci di dalamnya. Tampaknya mereka melakukan secara harafiah apa yang diinstruksikan oleh firman Tuhan dalam ulangan 6:8. Jika menurut firman Tuhan itu, haruskah kita melakukan hal yang sama dengan orang Yahudi ortodoks itu?

                Ketika Tuhan mengatakan kepada bangsa Israel untuk mengikat perkataan firman di tangan dan dahi mereka, Ia sedang memberikan kepada mereka gambaran bagaimana mereka harus menaruh firman-Nya dalam pikiran mereka setiap saat. Tuhan menghendaki mereka mengingat firman-Nya, namun tak hanya itu, mereka juga harus mempraktekannya dalam setiap aspek kehidupan. Tangan adalah symbol dari tindakan, sementara dahi adalah symbol dari pikiran. Tuhan memberi perintah kepada orang Israel untuk mempercakapkan firman baik saat berada bersama keluarga di rumah, di jalan, dari bangun tidur sampai pergi tidur di malam hari, meletakkannya di pintu dan gerbang rumah mereka, pendeknya di setiap waktu dan setiap situasi.

                Apakah setiap hari kita mengikat diri kepada firman Tuhan? Apakah firman Tuhan menjaga pikiran, perkataan, dan setiap langkah hidup kita? Hanya dengan mengikat diri kepada firman, maka kita akan memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. Jika kita tidak mengikat diri pada firman, bisa dipastikan kita akan jatuh. Kita tidak mungkin bisa hidup benar dengan cara dan kekuatan kita sendiri. Kita hanya bisa hidup benar kalau ditopang oleh kekuatan firman. Ikatan firman Tuhan di setiap langkah kita. Ikatan firman Tuhan di dalam pikiran kita. Ikatan firman Tuhan di dalam perkataan kita. Bersediakah anda?

Selasa, 19 Agustus 2014

Pengajaran dalam sebuah perjalanan

Ingatlah kepada seluruh perjalanan ... dengan maksud merendahkan hatimu dan ... mengetahui apa yang ada dalam hatimu .... (Ulangan 8:2)

Perjalanan selalu mengajarkan sesuatu kepada kita. Saat mendaki gunung bersama teman-teman pemuda dan remaja, saya belajar satu hal: bawalah logistik dan istirahatlah yang cukup! Kami berangkat dengan peralatan seadanya: tanpa tenda, lupa membawa kaus kaki penghangat, pisau, dan peralatan makan, dan makanan pun sedikit. Menjelang turun gunung, yang tersisa hanyalah sebungkus mi instan yang harus dibagi dengan beberapa orang dan sepotong roti. Akhirnya, baru sepertiga perjalanan, energi saya sudah terkuras habis.

Perjalanan bangsa Israel melalui padang gurun yang berat selama empat puluh tahun juga mengajarkan sesuatu kepada mereka. Mereka menghadapi terik matahari, berbagai masalah logistik, musuh, dan rintangan karena Allah ingin merendahkan hati mereka dan mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, apakah mereka taat pada perintah-Nya atau tidak (Ulangan 8:2). Selama perjalanan itu hati yang bebal menjadi mau mengikuti nasihat-Nya. Hati yang tertutup menjadi mau kembali mendengarkan suara-Nya. Hati yang angkuh menjadi mau taat dan berserah.

Apakah saat ini Anda sedang berada di padang gurun kehidupan yang gersang dan berdebu? Di gunung tinggi terjal yang penuh ancaman bahaya? Atau di samudra luas, terombang-ambing tak menentu? Perjalanan kehidupan akan mengajarkan sesuatu kepada Anda. Pertanyaannya, ketika perjalanan menjadi terasa berat dan penuh duka, apakah yang ada di dalam benak Anda? Apakah Anda tetap berpegang pada perintah-Nya?—HTP

PERJALANAN KEHIDUPAN SELALU MENGAJARKAN SESUATU KEPADA KITA,
PERJALANAN YANG BERAT MENGUJI ISI HATI KITA

Senin, 18 Agustus 2014

Sebuah Kebetulan?

Galatia 6:7 “Jangan Sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga akan dituainya.”

                Pada tahun 1965, ketika Roger Lausier berumur 4 tahun, ia hampir tenggelam saat berenang di pantai Salem. Nama perempuan yang menolongnya adalah Alice Blaise. Pada tahun 1974, di pantai yang sama, Roger yang sedang main selancar secara kebetulan melihat seorang pria yang hampir tenggelam dan segera menolongnya. Berkat Roger, pria itu selamat. Yang unik adalah pria yang ditolongnya itu adalah suami Alice Blaise, wanita yang dulu pernah menolongnya saat ia masih kecil.

                Apakah ini peristiwa kebetulan? Barangkali ya. Meski demikian saya percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bill Moyers, “kebetulan adalah cara Allah bermanifestasi.” Ya, ketika sebuah peristiwa kebetulan sedang terjadi, sebenarnya Tuhan sedang berbicara sesuatu yang sangat penting. Melalui pengalaman hidup Roger di atas, Tuhan sedang meneguhkan firman-Nya tentang hukum tabor tuai. Siapa menabur akan menuai. “karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”

                Jelaslah bahwa orang yang menabur tidak pernah kehilangan upahnya. Jika hari ini belum menuai, barangkali besok, lusa, atau kapan pun juga. Karena itu, Paulus mengingatkan kepada jemaat di Galatia untuk tidak jemu-jemu berbuat baik. Demikian juga sebaliknya, orang yang menabur hal-hal yang buruk juga tidak akan pernah kehilangan tuaiannya, hanya saja tuaiannya itu dalam hal yang buruk juga. Karena itu, prinsip tabor tuai ini sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar kita lebih bijak dalam melangkah dan bertindak. Biarlah hari ini kita menjalani hidup dengan semangat yang ditularkan Paulus, “jangan jemu-jemu berbuat baik.” Lakukan kebaikan kepada setiap orang. Kebaikan-kebaikan kecil yang akan kita lakukan akan sangat berarti bagi orang yang menerimanya. Sebagai gantinya, suatu saat kita akan menerima kebaikan-kebaikan juga dari orang lain. Dengan cara seperti inilah Tuhan bekerja dan memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai macam peristiwa.

Minggu, 17 Agustus 2014

UTUSAN TUHAN: Mengembangkan Talenta
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2014

Baca:  Matius 25:14-30

"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka."  Matius 25:14

Dalam hal melayani pekerjaan-Nya Tuhan tidak hanya sekedar mengutus anak-anak-Nya, tapi Dia juga membekali setiap orang percaya dengan talenta,  "...untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,"  (Efesus 4:12).  Jadi tidak ada alasan bagi kita berkata  'tidak'  terhadap panggilan Tuhan!

Talenta berbicara tentang banyak hal:  bakat, kecakapan, keahlian, kemampuan, harta dan sebagainya sebagai sesuatu yang Tuhan berikan dalam hidup kita.  Adapun besarnya talenta dari tiap-tiap orang itu berbeda-beda:  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,"  (Matius 25:16).  Dalam Perjanjian Lama talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau kurang lebih 34 kilogram.  Dalam Perjanjian Baru talenta adalah ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya yaitu 6000 dinar.  Dinar adalah mata uang Romawi.  Satu dinar sama dengan upah pekerja harian dalam satu hari, jadi 1 talenta = upah 6000 hari  (identik dengan upah hampir enam setengah tahun!).  Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidak memberikan talenta kepada manusia, bahkan minimal Dia akan memberikan satu talenta kepada seseorang, yang sesungguhnya memiliki nilai yang sangat besar.  Sedangkan pemberian talenta itu sendiri bukan karena kita yang memintanya kepada Tuhan, tetapi sepenuhnya adalah kewenangan Tuhan;  Ia sendiri yang menentukan.  Maka dari itu kita pun tidak boleh menuntut kepada Tuhan, atau membanding-bandingkan talenta yang Tuhan berikan kepada kita dengan yang Tuhan berikan kepada orang lain.  dengan demikian tiap-tiap orang sudah mendapatkan porsinya masing-masing, yang kesemuanya itu didasarkan pada kesanggupan kita!

     Tuhan menghendaki kita mengembangkan setiap talenta yang Dia berikan itu!  Jangan sampai kita menyia-nyiakannya dengan  'menyimpan'  serta  'menyembunyikannya'  di dalam tanah, seperti yang diperbuat oleh hamba yang menerima satu talenta  (Matius 25:18), padahal kita diberi waktu dan kesempatan yang sama.

Sudahkah kita mengembangkan setiap talenta yang Tuhan berikan?

Sabtu, 16 Agustus 2014

kota pengampunan

Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang ... boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh ... dengan tidak sengaja .... (Ulangan 19:4)

Pada suatu hari salah seorang murid Sekolah Minggu saya bercerita bahwa ia pernah dihukum karena tidak sengaja menendang bola dan mengenai kepala temannya. Ia dimarahi oleh gurunya, ditegur oleh orangtua temannya, dan dihukum oleh orangtuanya sendiri. Padahal ia sudah menceritakan kejadian yang sesungguhnya dan meminta maaf kepada temannya. Ia merasa sangat kecewa dan kesal. 

Kita juga kerap mengalami hal yang sama. Kita melakukan kesalahan yang tidak disengaja namun berakibat cukup fatal, dan akhirnya menerima limpahan kemarahan yang berlebihan. Mungkin pada masa kini orang menghadapi banyak sekali tekanan sehingga membuat hati mengeras seperti batu. Orang sulit memberikan pengampunan, bahkan untuk kesalahan yang tidak disengaja. 

Berbeda dengan Tuhan yang justru menyediakan tempat khusus bagi mereka yang melakukan kesalahan dengan tidak disengaja, bahkan dalam kasus pembunuhan yang tidak disengaja, agar para pelakunya mendapatkan perlindungan. Tuhan memerintahkan pengampunan. Kita seharusnya juga menyediakan sebuah kota perlindungan bagi orang-orang yang menyakiti hati kita agar mereka mendapatkan pengampunan yang layak. Makin banyak orang yang menyakiti hati kita, makin luas kota yang harus kita sediakan sehingga dapat menampung lebih banyak orang yang bisa kita ampuni. Makin banyak pengampunan yang kita berikan kepada sesama, makin nyata kasih Kristus di dalam diri kita. Dan pada akhirnya, kemuliaan Tuhan juga yang akan dinyatakan di dalam hidup kita—SH 

KEMARAHAN MENYISAKAN KEPEDIHAN, 
PENGAMPUNAN MELAHIRKAN PEMBEBASAN

Kamis, 14 Agustus 2014

Mulutmu Harimaumu

Efesus 4:29 "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia"


Kita pasti udah sering banget kan dengar istilah ini, ya, istilah ini emang udah lama banget. Kalian tau kan harimau? iya harimau itu terkenal buas dan mematikan tetapi tergantung pada situasi, jika pawangnya sendiri yang ada didekatnya iya pasti menjadi hewan yang jinak dan manja, tapi jika orang lain yang mendekatinya, duh bisa-bisa dicabik sama si harimau. 
Begitu juga dengan mulut kita, ucapan yang keluar dari mulut kita itu tergantung dari pada kita. Ucapan yang keluar dari mulut kita itu sangat besar loh kuasanya. Masih ingat kan dengan cerita malin kundang? disana si ibu sedang marah dan mengatakan bahwa anaknya durhaka dan keras seperti batu dan si malin dikutuk menjadi batu, maka malin kundang menjadi batu.
Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat menjadi berkat bagi orang lain tetapi dapat juga menjadi malapetaka dan hal itu juga berlaku pada diri kita sendiri. 

Ucapan itu juga berupa doa. Coba bayangkan jika setiap pagi kita bangun dari tidur kita dan berkata "Semangat, semangat, semangat! Terima kasih Tuhan Yesus atas hari yang begitu luar biasa ini" pasti otak dan alam pun akan merespon ucapan kita dan tanpa kita sadari hal-hal positif yang ada di pikirkan kita serta Tuhan pun akan mengulurkan tangan-Nya untuk mengadakan hal-hal yang baik pula.

Begitu juga halnya dengan 1 samuel 2:3 " Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena Tuhan itu Allah yang mahatau, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji". Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat menjadi saran berkat, penyemangat dan sukacita bagi orang lain tetapi dapat juga menjadi malapetaka jika kita tidak mengontrol ucapan kita. Keluarkanlah ucapan atau perkataan yang baik agar engkau dan orang-orang disekitarmu juga memperoleh hal yang baik pula.

Rabu, 13 Agustus 2014

Teguran Kasih

1 Korintus 13:6 “Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran”

                Bagaimana cara anda menunjukkan kasih kepada orang lain? Mungkin anda akan mengatakan dengan berbuat baik, ramah, sabar, menolong, atau menyenangkan hati orang lain. Tidak ada yang salah dengan jawaban tersebut. Bagaimana kalau menunjukkan kasih dengan teguran? Apakah itu masih bisa disebut tindakan kasih? Ada sebuah cerita pendek. Ada seorang wanita bernama Meli sedang berbelanja di supermarket, Meli hampir dirugikan karena kasir dengan sengaja tidak memberi struk belanjaannya. Meski beberapa pembeli lain sedang mengantre di belakangnya, Meli memberanikan diri untuk kembali meminta struk dan mengeceknya. Ternyata dia mendapatkan diskon yang jumlahnya cukup besar seperti tertera di struk. Akhirnya Meli menegur kasir tersebut dan menerima haknya.

                Sederhana bukan? Namun, bagaimana jika puluhan atau ratusan pelanggan lain, dengan alasan “maklum” sehinggga tidak mau “merepotkan” kasir meminta hak mereka? Ada dua kemungkinan, pertama kita bakal merasa sudah mengasihi karena mengerti kesibukan kasir (kalau mau jujur sebenarnya kita yang gak mau repot). Kedua, kasir akan tenggelam dalam dosanya karena semua bertoleransi padanya. Kita tidak repot, kasir juga senang. Bukankah itu gambaran yang sering terjadi dalam hidup kita?

                Mengasihi tidak selalu identic dengan menyenangkan hati orang lain. Paulus menulis “Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran”. Menyatakan kesalahan memang sulit apalagi pada orang terdekat. Alasannya kita tidak mau merusak hubungan. Dengan dalih menjaga hubungan, kita memilih untuk “main aman” tapi sebenarnya itu mencelakakan orang tersebut. Ingatlah bahwa berani menegur untuk sebuah kebenaran dan kebaika adalah tanda kita mengasihi.

Senin, 11 Agustus 2014

Kristen tanpa Kristus

Kolose 1:27 “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu diantara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada ditengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan”

                Hampir setiap anak kecil menyukai balon. Dengan warna yang bermacam-macam dan bentuk yang makin variatif, balon memang sangat lucu dan menarik. Namun apakah anda berpikir bahwa warna balon yang indah dan bentuk balon yang lucu menjadi tidak ada artinya kalau tidak ada udara yang ada di dalam balon tersebut. Bayangkan jika balon tanpa udara, apakah balon itu masih indah dan menarik? Tentu saja tidak. Yang paling inti dan utama dari balon sebenarnya bukanlah bentuk atau warnanya, tapi apakah ada udara di dalamnya.

                Seperti halnya balon menjadi tidak ada artinya jika tidak ada udara di dalamnya, demikian pula halnya dengan kekristenan tanpa kristus. Kristen tanpa kristus hanya akan mencetak agama tanpa Tuhan di dalamnya. Kristen tanpa kristus tak lebih dari sebuah ritual keagamaan namun tidak ada kehadiran Tuhan. Kristen tanpa kristus hanya akan mencetak “farisi-farisi” yang penuh dengan topeng dan kemunafikan. Dari luar terlihat rohani, tapi apa yang ada di dalam penuh dengan kebusukan dan kejahatan. Kristen tanpa kristus tidak aka nada kehidupan.

                Kita sering menyebut diri kita orang Kristen namun tidak benar-benar menjadikan kristus sebagai Tuhan di dalam hidup kita. Kita menjadikan Kristus hanya sebagai tokoh rohani yang penuh kasih, kebaikan, dan kemurahan hati. Kita menjadikan kekristenan sebagai symbol agama saja. Sikap yang sangat keliru dalam memandang kekristenan. Kristus harus tinggal di dalam kita. Inti dari kekristenan adalah Kristus hidup dalam hidup kita, bukan agama, bukan ritual, bukan juga ilmu ketuhanan. Kristus harus jadi pusat untuk hidup kita. Kekristenan tanpa Kristus seperti balon tanpa udara. Sia-sia! Tidak ada artinya!

Minggu, 10 Agustus 2014

niat mencari

Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat. (Lukas 15:7)

Beberapa waktu lalu, Alma, bocah berusia tujuh tahun hilang saat berada di kawasan monas. Selama empat hari ia tinggal bersama pedagang gorengan yang membawanya pulang ke rumahnya. Namun, akhirnya Alma berhasil ditemukan oleh seorang ibu yang baik hati. Sepulang kerja, ibu ini rela berputar-putar di kawasan Monas selama satu setengah jam. Kemudian, ia menemukan Alma, lalu membawanya ke kantor polisi. Karena kebaikan hati ibu itu, Alma dapat bertemu kembali dengan keluarganya.

Ada sebuah pelajaran menarik dari kisah ini. Kesungguhan hati untuk mencari anak yang hilang tadi patut diacungi jempol. Ibu ini mau menyediakan waktunya untuk mencari anak yang hilang di tengah keramaian. Niatnya begitu besar.

Demikian pula dengan pengajaran Yesus di dalam Lukas 15:1-7. Berperan sebagai Gembala yang baik, Tuhan ingin kita mencontoh Dia. Gembala yang baik memiliki hati yang lembut dan penuh kasih sehingga selalu menyediakan waktu untuk mencari satu dombanya yang hilang atau tersesat.

“Keramaian” dunia kerap kali membuat anak-anak Tuhan mudah tersesat. Sayangnya, banyak umat Kristen tak lagi berniat untuk menarik mereka kembali. Jika ibu di dalam kisah di atas saja mau menyediakan waktu untuk mencari seorang anak yang hilang, masa kita tidak ingin membawa pulang kembali mereka yang terhilang secara rohani? Carilah mereka karena akan ada sukacita di surga ketika ada satu jiwa bertobat—YQ

DI TENGAH “KERAMAIAN DUNIA” YANG MENYESATKAN
SEDIAKAN WAKTU UNTUK MENARIK MEREKA YANG TERSESAT

Jumat, 08 Agustus 2014

ketulusan

Tinggal Dalam Ketulusan Orang yang tulus dalam menyatakan kebenaran selalu mencari jalan bagi keselamatan sesamanya. Keterusterangan Amos dalam menyampaikan hukuman Tuhan didasari oleh ketulusan hati untuk melihat bangsanya merespon Firman Tuhan dan mengambil langkah untuk bertobat. Sama sekali tidak tersirat usaha untuk menghancurkan masa depan Israel. Justru Amos memohon dengan sangat agar Tuhan memberikan pengampunan terhadap bangsanya (1-6). Amos sangat berharap bangsanya bertobat sebelum tiba waktu Tuhan untuk menghukum mereka yang berjalan di dalam kegelapan dan bukan di dalam terang! Mari kita belajar menerima pengajaran yang benar dan disampaikan dengan tulus supaya kita terbukti lurus, tidak bengkok dan menyimpang dari kebenaran (7). Orang yang tidak tulus dalam memberitakan kebenaran hanya mau menyelamatkan diri dan kedudukannya belaka. Berbeda dengan Amos, imam Amazia jelas bukan mengabdi pada Tuhan tapi pada "tuan" yaitu raja (10) demi mempertahankan posisi sebagai imam kerajaan (13). Dari komentar terhadap Amos, jelas terlihat bahwa Amazia menghubungkan pelayanan bernubuat dengan usaha menghidupi diri (12). Marilah sebagai pelayan Tuhan kita bertekad untuk memberitakan kebenaran sebagai wujud pelayanan yang tulus kepada Tuhan. Jauhkan diri dari sikap pamrih yang melihat pelayanan sebagai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau bahkan mempertahankan posisi tertentu dengan sekuat tenaga! Mazmur 7:11 "Perisai bagiku adalah Allah yang menyelamatkanorang-orang yang tulus hati."

Kamis, 07 Agustus 2014

BERSYUKURLAH !



Rabu, 06 Agustus 2014

Berdoa Kok Terpaksa

Yakobus 2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah”

                Ketika kita bertemu dengan kawan karib, kita bisa menghabiskan berjam-jam ngobrol. Tidak pernah sedikit-sedikit liat jam untuk menghitung sudah berapa lama ngobrol dengan sahabat kita itu. Gak pernah kekurangan kata-kata dan gak pernah mati gaya saat ngobrol. Yaa, pasti kita sangat menikmati waktu-waktu itu. Beda cerita jika kita harus ngobrol karena ditugasi untuk menemui tamu penting. Ngobrol gak jelas dan pasti sering mati gaya. Sedikit-sedikit liat jam mengeluh kapan “tugas ngobrol” ini selesai. Pasti kita tersiksa jika kita harus mengobrol karena basa basi, formalitas, dan karena sebuah tugas.

                Ketika merenungkan hal sederhana tersebut, kita bisa membayangkan betapa sedihnya Tuhan jika doa kita tidak lahir dari hati yang rindu dan haus akan hadirat-Nya. Doa seharusnya merupakan waktu yang indah dan menyenangkan bersama Tuhan, bukan saat yang membosankan. Doa seharusnya seperti dua orang sahabat karib yang menikmati kebersamaan mereka. Bukan karena “tugas” sebagai orang Kristen. Bukan seperti prajurit yang “wajib lapor” kepada komandannya.

                Mintalah karunia Tuhan agar kita dapat menikmati waktu-waktu doa kita. Apakah kita tidak menginginkan jam-jam doa kita seperti Abraham yang terlihat begitu karibnya dengan Tuhan. Tak heran kalau Tuhan menyebutnya sebagai sahabat-Nya. Jam-jam doa kita seperti Daud, doa yang penuh gairah dan penuh kehausan untuk menikmati hadirat-Nya. Semua itu bisa kita lakukan disaat doa kita terlahir dari hati. Doa yang bukan karena keterpaksaan tapi karena sebuah kerinduan.

Selasa, 05 Agustus 2014

Iri

               Dalam sebuah UAS (Ujian Akhir Semester), semua mahasiswa terlihat tegang. Soal yang mereka hadapi nampaknya begitu sulit. Tak lama kemudian, ketegangan yang sunyi itu berubah menjadi bisikan pertukaran pertanyaan dan   jawaban. Seorang mahasiswi yang terkenal jujur pun ikut dalam pertukaran itu. Beberapa minggu berselang, hasil ujian keluar. Mahasiswi itu ternyata mendapat nilai “A”. Beberapa teman yang tetap jujur selama ujian justru mendapat nilai yang lebih rendah. Tak pelak, ia mendapat komentar sinis, seperti, "Huh, emang dunia ini ga adil ya!". Si mahasisiwi diam, malu dan sedikit senang.
               Selama kita masih berada didunia ini, kita akan selalu bertemu dengan ketidakadilan-ketidakadilan. Tapi anehnya, mereka yang melakukan hal-hal itu nampaknya baik-baik saja, bahkan sukses. Lantas apa yang harus menjadi sikap kita? Marah karena ketidakadilan? Atau malah ikut melibatkan diri?
               Teeners, Bapa kita yang diSorga melihat semua hal itu. Ia tahu bahwa kita yang mau mempertahankan hidup jujur mengalami tantangan yang berat. Ia juga tahu bahwa mereka yang berbuat curang pun sering mengalami hal-hal yang menguntungkan. Namun, semua itu akan ada akhirnya. Mengapa karena Ia adalah hakim yang adil, yang membalas setiap perbuatan sesuai dengan ganjarannya. KeadilanN-ya akan dijalankan entah di muka bumi ini atau nanti di kekekalan. Karena itu ga usah iri sama orang yang berbuat curang dan ga usah nyesel udah berlaku jujur, justru bersyukurlah karena sudah mempertahankan hidup yang bersih dihadapan Tuhan.


“Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangam iri hati kepada orang yang berbuat curang”
(Mazmur 37:1)

Senin, 04 Agustus 2014

Yang Paling Terbaik!

Yeremia 29:11Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
            Hidup dalam Tuhan itu sungguh indah. Semua rancanganNya tidak pernah mendatangkan kecelakaan, semua rancanganNya sungguh ajaib dan luar biasa. Namun sekarang ini banyak sekali anak-anak Tuhan yang jauh dari Tuhan, hidup menurut daging dan tidak mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Iya, bergaul itu perlu namun jangan sampai pergaulan kita merusak hubungan kita dengan Bapa kita di sorga. Bangunlah hubungan yang baik dengan Tuhan Yesus, ketika kita memiliki hubungan yang sangat erat dengan Tuhan, senantiasa Tuhan akan selalu ada untuk kita, Tuhan selalu menjaga kita bahkan memberikan segala yang paling terbaik untuk hidup kita.
            Tidak jarang juga banyak anak-anak Tuhan yang masih dihantui rasa kuatir, rasa takut akan masa depannya. Besok mau jadi apa? Kerja dimana? Biaya kuliah gimana? Biaya kebutuhan dan keperluan gimana? Yaaa, masih banyak yang takut dan kuatir akan itu semua. Namun satu hal yang harus kita ingat, bahwa anak-anakNya tidak pernah dibiarkanNya. Tuhan sudah merancangkan masa depan yang penuh pengharapan buat setiap anak yang takut akan Dia. Bahkan Tuhan Yesus jauuuuh lebih tau apa yang baik untuk kita, apa yang kita butuh dan perlukan melebihi kita tau diri kita sendiri.

            Ikuti saja scenario indah Tuhan dalam hidup kita. Terus bangun hubungan mesra dengan Tuhan. Percaya dan terus percaya bahwa masa depan kita ada dalam tanganNya. RancanganNya bukan rancangan kecelakaan namun rancangan damai sejahtera. Apapun yang kita hadapi saat ini, apapun persoalan kita, jangan sungkan untuk datang dan mengungkapkan semua pada Tuhan. Tuhan selalu melihat kedalaman hati kita, Dia selalu memberikan yang paling terbaik! Ingat, yang paling terbaik!

Jumat, 01 Agustus 2014

Back to Jesus


  1. Kembali pada yesus. 

arena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1)
 

Dalam kehidupan ini kita pun akan banyak berhadapan dengan berbagai arus berbahaya. Betapa seringnya kita melihat atau mendengar orang-orang yang tadinya baik lalu berubah menjadi sesat karena terbawa pengaruh yang salah dari lingkungan pergaulan mereka. Kejatuhan anak-anak Tuhan seringkali terjadi bukan karena mereka sendiri ingin berbuat dosa, tetapi justru karena hanyut di bawa arus. Di akhir zaman seperti sekarang ini, berbagai arus penyesatan bisa tampil dari segala arah. Dari pertemanan, lingkungan, berbagai media seperti bacaan, televisi, internet, lagu-lagu dan sebagainya. Dan parahnya, seringkali arus penyesatan ini hadir samar-samar, tidak terlihat kasat mata sehingga kita tidak sadar ketika mulai terseret masuk di dalamnya. Jika kita membiarkan diri kita terus hanyut terseret arus seperti ini maka pada suatu ketika di saat kita sadar, bisa jadi kita sudah sulit melepaskan diri lagi. Maka banyak korban yang akan jatuh akibat terseret arus dalam kehidupan seperti ini, di mana banyak di antaranya adalah anak-anak Tuhan yang tadinya hidup kudus dan taat.
 
Firman Tuhan mengingatkan benar akan hal ini. "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Hanyut terbawa arus sudah merupakan masalah yang dihadapi manusia sejak jaman dahulu sampai sekarang. Ketika kita lemah, maka akan sangat mudah bagi kita untuk terhanyut dalam berbagai kesesatan. Dan Alkitab mengingatkan kita agar terus berhati-hati terhadap kemungkinan seperti ini. Salah satu caranya adalah dengan benar-benar memperhatikan dengan teliti dan seksama akan segala sesuatu yang kita dengar, memiliki kemampuan memilah-milah mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, mana yang harus diterima dan ditolak dan sebagainya.
 
Seperti yang saya sebutkan di atas, ada banyak arus dalam dunia yang berpotensi menghancurkan kita. Dan Alkitab pun banyak mengingatkan akan hal ini. Arus penyesatan bisa timbul dari pertemanan yang salah. Hal seperti ini sudah sering kita lihat, bahkan mungkin sudah kita alami sendiri. Dan Tuhan mengingatkan "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut" (Amsal 1:10). Sesungguhnya ini pesan yang penting yang dihadirkan lewat Salomo. Sebagai orang paling berhikmat tentu ia sudah melihat adanya kecenderungan manusia untuk terjebak pada bujuk rayu orang lain. Salomo melanjutkan "Hai anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka." (ay 15). Kaki orang berdosa digambarkan sedang "lari menuju kejahatan dan bergegas-gegas untuk menumpahkan darah" (ay 16), dan dengan demikian "mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri." (ay 18). Terseret arus seperti ini akan membawa kita masuk ke dalam situasi yang sama pula. Itulah sebabnya kita diingatkan untuk tidak terjebak dan terseret dalam arus ini.
 
Selain dari lingkungan pertemanan, Alkitab pun mengingatkan kita agar waspada terhadap nabi-nabi palsu dengan ajaran-ajaran mereka yang sesat. Ini adalah arus kesesatan lain yang seringkali dikemas sedemikian rupa sehingga terlihat seolah-olah baik, seolah-olah sejalan dengan firman Tuhan padahal orientasi atau dasarnya sangatlah jauh. Tuhan Yesus sendiri sudah mengingatkan kita akan hal ini. "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas." (Matius 7:15). Mereka bisa tampil seperti lurus dengan kemasan-kemasan yang mampu memperdaya kita. Ada begitu banyak ajaran berorientasi kepada kemakmuran, kesukesan, keberhasilan dan sebagainya yang terlihat seolah-olah benar namun semua itu ternyata bertentangan dengan Firman Tuhan. Terhadap hal seperti ini kita haruslah berhati-hati. Yesus pun memberikan cara bagaimana kita bisa membedakannya. "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (ay 16a).
 
Tidak hanya itu saja, sebenarnya ada banyak arus-arus lain yang bisa datang dari segala arah dan siap menghanyutkan kita. Berbagai arus ini siap menjanjikan banyak hal yang sepertinya membahagiakan dan nikmat, tetapi sebenarnya sedang mengarahkan manusia untuk lenyap dalam kenikmatannya. Hal ini sudah diingatkan oleh Yohanes. "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Dunia akan cenderung mengarah kepada arus-arus seperti ini, tetapi bagi kita anak-anak Tuhan sudah diingatkan dengan jelas agar tidak ikut-ikutan terbawa arus. Sebuah firman Tuhan yang sudah sangat kita kenal wajib untuk kita ingat. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)
 
Lewat Petrus Tuhan menasihatkan "Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh." (2 Petrus 3:17). Kita wajib waspada, karena kelemahan-kelemahan kita akan selalu siap untuk dimanfaatkan oleh si jahat untuk menyesatkan kita lewat berbagai arus penyesatan baik yang terlihat kasat mata maupun yang dikemas secara rapi. Apa yang harus kita lakukan bisa kita baca dalam ayat berikutnya. "Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya." (ay 18). Jangan bermain-main dengan arus penyesatan seperti apapun.
 
Berhati-hatilah terhadap arus-arus yang siap menghanyutkan kita hingga binasa. Biasakan diri untuk teliti terhadap segala sesuatu yang kita dengar dan lihat agar kita terhindar dari bahaya seperti ini.