2 Korintus 5:7 “Karena hidup kami ini adalah hidup karena
percaya, bukan karena melihat”
Ketika mengajari
seorang anak balita berjalan, kita tidak akan memintanya berjalan hingga
ratusan meter atau beberapa kilometer layaknya atlet lari. Kita juga tidak akan
memegang stopwatch, mengukur seberapa cepat ia berjalan. Bisa berjalan tanpa
ditopang beberapa langkah saja sudah merupakan kegembiraan bagi kita dan satu
prestasi bagi anak itu sendiri. Bagi balita yang sedang belajar berjalan,
fokusnya adalah apa yang terjadi selama beberapa langkah kedepan. Jika belum-belum
kita sudah menyuruh ia berpikir tentang kecepatan jalan, tentang perjalanan ke
tempat-tempat jauh, tentang cara berjalan bak pragawati di catwalk, dll,
mungkin si anak tidak akan berani berjalan.
Sering
kali, banyak orang terjebak dalam zona nyaman karena hal ini. Mereka tidak mau
atau takut melangkah karena sudah buru-buru berpikir tentang begitu banyak hal.
Apa yang rekan saya pikirkan jika saya tinggalkan kebiasaan dosa saya? Bagaimana
saya bisa mendapat untung jika saya menolak uang pelican dari klien? Inilah yang
membuat pemuda kaya dalam bacaan hari ini menolak mengikuti Yesus. Kekayaan adalah
zona nyaman pemuda itu. Ketika Yesus “menantang” dia untuk keluar dari zona itu
ia menolak. Alkitab memberi catatan alasannya, karena anak muda itu sangat
kaya. “Tanpa hartaku, bagaimana aku hidup” mungkin itulah pikiran pemuda kaya
itu. Ironis, mengikuti Tuhan yang memberi berkat dan kehidupan, yang membuat
miskin dan membuat kaya, tapi takut tidak bisa hidup.
Dalam bahasa
inggris, kata “faith” memiliki 2 arti yaitu “iman” dan juga “kesetiaan”. Perjalanan
iman tak selalu berupa satu lompatan. Perjalan iman sering kali harus kita
tempuh langkah demi langkah. Langkah yang konsisten kita ambil lebih baik
daripada satu lompatan besar tapi setelah itu berhenti. Itu sebabnya, 2
korintus 5:7 berkata “Karena hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan
karena melihat”. Banyak orang berani melompat karena ia melihat dan
menginginkan sesuatu. Namun, beranikah kita melangkah, bahkan melompat, dengan
fokus hanya pada kasih Tuhan dan bukan
semata yang akan kita dapatkan nanti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar