Read: Matius 26:36-46
“Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali
apabila Aku meminumnya,
jadilah kehendak-Mu! (Matius
26:42)”
Bible in a year: Keluaran 17-19
Tiap kali saya menyimak siaran "Doa
dan Kesembuhan" di radio, ada satu
hal yang selalu menyentak saya,
yaitu ketika si konselor mendoakan
kesembuhan pendengarnya. Ia
mengucapkan "Dalam nama Yesus",
kadang disertai perintah agar si
"pasien" meletakkan tangannya di
tempat yang sakit. Sering kali
penyakit para "pasien" itu tergolong
berat: gangguan jantung atau paru-
paru, bahkan gagal ginjal dan
kanker. Kadang saya berpikir, doa
semacam ini bisa menjadi suatu
pemaksaan kepada Tuhan agar
menyembuhkan si sakit seketika itu
juga. Bagaimana jadinya jika mereka
tidak sembuh juga?
Doa tidak lain adalah sarana
percakapan kita dengan Allah. Dalam
doa, kita sebagai anak berusaha
menyelaraskan kehendak kita dengan
kehendak-Nya sebagai Bapa.
Simaklah pergumulan antara
"kehendak Yesus" dan "kehendak
Bapa-Nya" dalam ayat 39 dan 42?
Sebagai anak, tentu saja kita boleh
minta sesuatu pada-Nya, dan Dia
tentu akan memenuhinya jika hal itu
sesuai kehendak-Nya. Tidaklah
bijaksana jika kita memaksakan
sesuatu yang bukan kehendak-Nya
atau yang belum waktunya Dia
berikan. Bukankah Dia yang paling
tahu yang terbaik bagi kita?
Bukankah Dia pula yang berdaulat
mengabulkan atau menolak
permohonan kita?
Karena itu, kita perlu lebih berhati-
hati menggunakan "Dalam nama
Yesus" dalam doa kita. Janganlah kita
menggunakannya sebagai sarana
untuk "memaksa" Tuhan, seolah-olah
nama-Nya adalah semacam jimat
atau mantra. Sebaliknya, kita
menyatakannya sebagai pengakuan
atas kedaulatan-Nya.
Pesan : DOA SEBENARNYA MERUPAKAN
PENGAKUAN
BAHWA DIA TAHU YANG TERBAIK
BAGI KITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar