Yakobus 2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang
mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena
itu Abraham disebut: “Sahabat Allah”
Ketika
kita bertemu dengan kawan karib, kita bisa menghabiskan berjam-jam ngobrol.
Tidak pernah sedikit-sedikit liat jam untuk menghitung sudah berapa lama ngobrol
dengan sahabat kita itu. Gak pernah kekurangan kata-kata dan gak pernah mati
gaya saat ngobrol. Yaa, pasti kita sangat menikmati waktu-waktu itu. Beda
cerita jika kita harus ngobrol karena ditugasi untuk menemui tamu penting.
Ngobrol gak jelas dan pasti sering mati gaya. Sedikit-sedikit liat jam mengeluh
kapan “tugas ngobrol” ini selesai. Pasti kita tersiksa jika kita harus
mengobrol karena basa basi, formalitas, dan karena sebuah tugas.
Ketika
merenungkan hal sederhana tersebut, kita bisa membayangkan betapa sedihnya
Tuhan jika doa kita tidak lahir dari hati yang rindu dan haus akan hadirat-Nya.
Doa seharusnya merupakan waktu yang indah dan menyenangkan bersama Tuhan, bukan
saat yang membosankan. Doa seharusnya seperti dua orang sahabat karib yang
menikmati kebersamaan mereka. Bukan karena “tugas” sebagai orang Kristen. Bukan
seperti prajurit yang “wajib lapor” kepada komandannya.
Mintalah
karunia Tuhan agar kita dapat menikmati waktu-waktu doa kita. Apakah kita tidak
menginginkan jam-jam doa kita seperti Abraham yang terlihat begitu karibnya
dengan Tuhan. Tak heran kalau Tuhan menyebutnya sebagai sahabat-Nya. Jam-jam
doa kita seperti Daud, doa yang penuh gairah dan penuh kehausan untuk menikmati
hadirat-Nya. Semua itu bisa kita lakukan disaat doa kita terlahir dari hati.
Doa yang bukan karena keterpaksaan tapi karena sebuah kerinduan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar