@thebiblesay

Minggu, 31 Maret 2013

Sebuah Pengorbanan


Pada suatu hari, di hari minggu. Ada sebuah Gereja yang mengadakan sebuah Ibadah.
Seperti biasanya setelah beberapa nyanyian pujian pada Kebaktian Minggu, Pendeta gereja itu perlahan-lahan berdiri & berjalan menuju mimbar.
Namun kali ini sebelum ia memulai kotbahnya, secara singkat ia memperkenalkan seorang Pendeta tamu yang hadir pada Kebaktian hari itu.
Dalam ucapan perkenalan, si Pendeta menyebutkan bahwa Pendeta tamu tersebut adalah teman karibnya sewaktu ia masih kanak-kanak
Lalu ia meminta kepadanya untuk memperkenalkan dirinya kepada Jemaat.
Dia juga meminta agar Pendeta tamu tersebut berbagi sedikit pengalaman yang mungkin bermanfaat untuk disampaikan dalam Kebaktian hari itu
Kemudian Pendeta tua tersebut mengayunkan langkahnya menuju ke atas mimbar dan mulai berbicara.
Lalu dia mulai bercerita "ada seorang ayah dan anaknya serta seorang teman dari anaknya pergi berlayar di Pantai Lautan Pasifik. Namun ada angin topan dahsyat menghalangi usaha mereka untuk kembali ke tepi pantai," demikian ia memulai ceritanya.
"Gelombang ombak sedemikian besar & kerasnya membuat sang ayah yang walaupun seorang pelaut yang handal, tidak dapat menguasai kapal layarnya lagi.
Lalu kapal itu pun terbalik dan menenggelamkan mereka bertiga ke dalam air"
Pendeta tua itu berhenti sejenak dan beradu pandangan dengan 2 orang anak remaja yang duduk didepan mimbar.
Sejak mulai Kebaktian
kelihatannya kedua remaja ini sangat tertarik dengan cerita pendeta tua tersebut.
Pendeta tua itu mulai meneruskan ceritanya.
"Dengan memegang pelampung penyelamat bertali, sang ayah harus membuat keputusan yang paling krusial dalam hidupnya.
kepada siapa ujung tali pelampung itu harus dilemparkan? Ia hanya mempunyai beberapa detik untuk memutuskan. Sang ayah tahu bahwa anaknya adalah seorang Kristen sedangkan teman anaknya itu bukan. Gelombang yang ganas tidak dapat lama menunggu keputusan sang ayah. Akhirnya ia segera melemparkan ujung tali pelampung itu kepada teman anaknya sambil berteriak, 'Anakku, aku mencintaimu, nak!' :') 
Pada saat sang ayah menarik teman anaknya itu kembali ke kapal yg terbalik itu, anaknya sendiri sdh menghilang ditelan oleh ganasnya gelombang :(
Dan tubuh anaknya itu tidak pernah diketemukan lagi."
Kedua anak remaja yg duduk
di depan mimbar tersebut dengan cemas tidak sabar lagi menunggu lanjutan cerita yang keluar dari mulut Pendeta tua itu.
Pendeta tua melanjutkan, sang ayah tahu bahwa anaknya berada di tempat menuju kehidupan kekal bersama Yesus. Dan ia tidak dapat membayangkan apa jadinya kalau teman anaknya yang belum mengenal Yesus berakhir hidupnya pada waktu tersebut. Itulah sebabnya ia mengorbankan anaknya sendiri untuk menolong teman anaknya itu. 
"Betapa besarnya kasih Allah sehingga Ia harus melakukan hal yang sama untuk kita. Allah Bapa Surgawi sudah mengorbankan Anak TunggalNya supaya kita bisa diselamatkan. Saya mohon supaya kalian semua bersedia menerima tawaran Nya untuk menolong anda. Dan supaya kita memegang erat ujung tali pelampung penyelamat yang Dia lemparkan kepada Anda dalam kebaktian ini.


Keheningan memenuhi ruangan gereja begitu Pendeta tua tersebut kembali ke tempat dan duduk di kursinya.
Setelah kebaktian selesai, kedua anak remaja yang duduk di depan mimbar tadi datang menemui Pendeta tua.
Salah seorang darinya dengan sopan berkata, "Itu tadi adalah suatu cerita yang sangat bagus tapi, saya rasa tidak realistis karena sangat tidak masuk akal bagi seorang ayah yang rela mengorbankan anaknya sendiri meskipun dengan harapan bahwa teman anaknya itu akan menjadi Kristen."
"Yah, mungkin kamu benar dari sudut pandangmu," jawab Pendeta tua itu sambil melirik ke Alkitabnya yang sudah lusuh.
Kemudian dengan senyuman yang melebar di wajahnya ia memandang kedua anak remaja itu dan berkata, "Nampaknya tidak realistis, bukan? Tetapi saya berdiri di sini hari ini untuk mengatakan kepada kalian bahwa dari pengalaman cerita saya tadi. Saya benar-benar tahu bagaimana perasaan dari Allah Bapa yang sudah mengorbankan AnakNya bagi saya. Ketahuilah bahwa sebenarnya saya ini adalah ayah dari anak dalam cerita saya tadi & Pendeta kalian disini adalah teman anak saya itu."



Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
(Yohanes 3:16)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar