@thebiblesay

Kamis, 12 Maret 2015

PRESTASI TERBESAR

Bacaan: Yohanes 21:15-19
Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. (Yohanes 21:17)

Martina Hingis, menjadi juara tenis di usia muda. Pada masanya, ia menjuarai berbagai turnamen dan menjadi petenis peringkat satu dunia. Namun, pada sebuah pertandingan ia mengalami cedera serius yang memaksanya berhenti dari tenis untuk waktu yang lama. Peringkatnya terus melorot. Ia sempat terpuruk dan berencana pensiun. Namun, orang-orang tetap mendukungnya hingga usahanya membuahkan hasil. "Inilah prestasi terbaikku. Bukan saat aku menjadi nomor satu, tetapi saat aku bisa mengalahkan keterpurukanku, " katanya.

Dugaan bahwa Petrus mengalami depresi hebat setelah ia mengkhianati Yesus, Gurunya, sangatlah masuk akal. Ia merasa gagal dan bahkan memutuskan untuk meninggalkan status sebagai murid dan kembali ke pekerjaan lamanya, sebagai nelayan.

Kita tidak tahu apa saja yang menggelayut di pikirannya sepanjang masa-masa itu. Namun, perjumpaannya dengan Yesus telah membangkitkan semangatnya kembali untuk melayani Tuhan. Tantangan dan penugasan baru yang ia terima dari Tuhan Yesus membuatnya bersemangat. Prestasi terbesarnya adalah dengan menghargai kesempatan kedua yang Tuhan berikan, bangkit dari keterpurukan dan melayani Dia dengan cara yang hebat.

Keterpurukan bukanlah akhir perjalanan hidup kita. Melaluinya, justru kuasa Tuhan lebih leluasa bekerja. Tuhan memberikan kesempatan kedua dan kesempatan-kesempatan lain untuk kita bangkit. Mengandalkan dorongan semangat dari-Nya, itulah pencapaian terbaik kita, bukan terus terpuruk dan mengasihani diri.

Pesannya :  PRESTASI TERBESAR DALAM HIDUP ADALAH:
DAPAT BANGKIT DARI KETERPURUKAN AKIBAT KEGAGALAN.

Rabu, 11 Maret 2015

YANG DIBUANG JOHN SUNG

Bacaan: Yohanes 7:14-24
Siapa saja yang berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi siapa saja yang mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya. (Yohanes 7:18)

Pada usia 12 tahun, John Sung sudah dikenal sebagai pendeta cilik yang pandai berkhotbah. Namun, ia sulit mengendalikan amarah karena kesombongannya. Ketika berkuliah di Amerika, kepandaiannya yang menonjol membuatnya meraih penghargaan demi penghargaan. Ia bertekad untuk melayani sebagai pendeta sekembali dari Amerika. Dalam perjalanan naik kapal kembali ke Tiongkok, ia menyadari, berbagai penghargaan itu dapat menggodanya untuk memegahkan diri. Ia lalu membuang medali dan penghargaannya ke laut, hanya menyisakan ijazah doktor untuk menyenangkan ayahnya.

Berlawanan dengan John Sung, orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus gemar dihargai dan dipuji (lihat Yoh 5:44). Yesus mengecam sikap ini. Mereka dipenuhi rasa iri karena Yesus jauh lebih populer dan berkuasa. Hati mereka pun menjadi buta akan kebenaran, teralang untuk mengenal Yesus sebagai sang Mesias. Sering mereka mencari-cari alasan untuk membenarkan diri (ay. 20). Bahkan mereka berusaha mengalangi orang lain ditolong dan disembuhkan Yesus (ay. 23). Tidak tanggung-tanggung pula, mereka ingin me lenyapkan dan membunuh Yesus (ay. 19).

Kita sepatutnya belajar pada John Sung. Kebanggaan terhadap diri tidak boleh membuat kita lebih dihormati ketimbang Tuhan. Bila ada kesempatan berbicara, hendaknya kata-kata kita diarahkan untuk memuji dan membesarkan nama Tuhan. Seharusnya orang lebih mengenal nama Tuhan dibanding kehebatan kita. Dengan demikian, kita pun tidak akan mudah tersinggung, mendengki, atau membenci orang lain.

Pesannya : Menghormati Tuhan berarti  rela diri sendiri tidak di hormati,
Asalkan nama Tuhan di muliakan dan di puji.

Jumat, 06 Maret 2015

SIAPA GEMBALAKU?

Bacaan: Mazmur 23 TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (Mazmur 23:1)

Robert Mitchell menulis tentang dampak televisi, yang "menggembalakan" banyak orang kristiani. Mengikuti Mazmur 23, ia menulis: "1. TV adalah gembalaku, takkan bertumbuh kerohanianku. Ia membuatku terus duduk tanpa melakukan apa-apa bagi-Nya. 2. TV menyita seluruh waktu luangku hingga aku tak bisa memenuhi tanggung jawabku sebagai orang kristiani. Ia menawarkan banyak program menarik yang harus kutonton; segala pengetahuan tentang dunia ini. 3. Ia membuatku tak punya waktu untuk menyelidiki Alkitab. Ia menuntun aku menjauhi ibadah dan membaringkan aku hingga tak bisa berbuat apa-apa bagi Kerajaan Allah. 4. Sekalipun aku hidup hingga seratus tahun, aku akan terus menontonnya. Ia teman terdekatku; suara dan gambarnya, itulah yang menghibur aku. 5. Ia menyediakan hiburan bagiku dan mengalangiku untuk melakukan hal-hal penting bersama keluargaku. Ia mengisi kepalaku dengan ide-ide yang berlawanan dengan kehendak Allah. 6. Oleh banyaknya waktu terbuang menonton TV, aku kehilangan banyak hal, seumur hidupku." Siapa yang lebih banyak menggembalakan kita? Adakah sesuatu selain Tuhan yang begitu menyita waktu hingga kita tak sempat bersekutu dengan Tuhan dan mendengar suara-Nya? Adakah sesuatu yang begitu menyita perhatian hingga kita tak lagi dapat melakukan sesuatu bagi keluarga dan Kerajaan Allah? Ayo kembali kepada penggembalaan Tuhan, Pemelihara jiwa kita. Gembala yang lain hanya akan menyesatkan. Dan, nyanyikan lagi mazmur Daud yang sesungguhnya... Tuhanlah Gembalaku.

Pesannya :  BANYAK GEMBALA PALSU MENCOBA MENARIK PERHATIANKU, NAMUN HANYA TUHAN YANG SANGGUP MEMBUAT HIDUPKU PENUH.

Jumat, 27 Februari 2015

DIPEGANG TUHAN

Bacaan: Yesaya 41:8-20 Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. (Yesaya 41:10)

Saat Sekolah Minggu, guru memberikan tugas kepada anak-anak untuk mewarnai gambar. Seorang anak berumur kurang dari tiga tahun tampaknya belum mengerti apa yang harus dilakukan dengan gambar itu. Secara spontan saya mendekati anak itu dan memberinya sebuah pensil warna. Lalu saya pegang tangannya dan menuntunnya untuk mewarnai gambar itu. Terkadang ia tampak jenuh, tetapi setelah itu, terlihat wajah sukacita pada anak itu saat melihat bahwa akhirnya ia mampu menyelesaikan gambarnya. Pengalaman masa pembuangan sungguh-sungguh membuat bangsa Israel menderita sekaligus menempa iman mereka. Masa di mana Allah juga memberikan janji peneguhan-Nya, dan meminta umat Israel untuk tidak bimbang karena Pribadi Allah yang akan membebaskan mereka pada saatnya nanti. Dia sumber penolong, Dia memberikan tangan kanan-Nya. Tangan kanan menunjukkan kuasa dan otoritas Allah. Bangsa-bangsa lain akan mengenal pula siapa Allah Israel. Pengalaman itu menolong saya memahami janji Tuhan dalam kitab Yesaya. Ketika Tuhan memegang tangan saya, saya belajar bahwa Dia adalah Tuhan yang menuntun langkah kita. Ada saat-saat ketika kita begitu lelah untuk melewati persoalan hidup, tetapi Dia ingin agar kita taat untuk terus hidup dalam tuntunan-Nya dan memberi kita kemenangan. Seperti saya sangat bersukacita melihat anak kecil itu bersukacita, terlebih Tuhan kita! Dia sangat bersukacita tatkala kita mampu melewati setiap persoalan dalam tuntunan tangan kanan-Nya.

Pesannya :  HIDUP DALAM PEGANGAN TANGAN TUHAN ADALAH HIDUP PENUH KEMENANGAN.